Arab Saudi Bentuk Aliansi Militer 40 Negara Islam Anti-Terorisme?

Putra Mahkota Mohamad bin Salman/Foto: alwaght.com

Putra Mahkota Mohamad bin Salman. Foto: alwaght.com

NUSANTARANEWS.CO – Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), membuka KTT Aliansi Kontra Terorisme Pertama di Riyadh, pada hari Minggu, 26 November 2017. Dalam kesempatan itu, MBS menegaskan bahwa para ekstremis tidak akan lagi “menodai agama kita yang indah” – dengan kata lain, Arab Saudi telah menegaskan sikapnya untuk memimpin upaya negara-negara Muslim untuk mengatasi ekstremisme.

KTT yang dihadiri para menteri dari 41 negara Muslim tersebut membuat aliansi yang ditujukan ditujukan untuk membasmi ekstremisme. Dalam pidato pembukaannya, putra mahkota Saudi mengutuk serangan teroris pada hari Jumat (24/11/2017) di sebuah masjid di Mesir di Sinai utara yang menewaskan 305 orang, dan menyampaikan belasungkawanya.

Dikatakannya, ancaman terbesar dari terorisme dan ekstremisme adalah tercorengnya reputasi Islam serta terbeloknya keyakinan. Ditambahkan aliansi ini tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Seperti telah diberitakan, aliansi militer anti-terorisme tersebut sebenarnya telah dibentuk pada akhir tahun 2015, ketika MBS masih menjadi menteri pertahanan kerajaan. Gagasan MBS itu, telah mengejutkan banyak negara muslim, termasuk Indonesia. Kebingungan sempat melanda pemerintah negara-negara mayoritas Muslim atas terbentuknya aliansi 34 negara muslim tersebut.

Sayangnya, aliansi 34 negara yang diumumkan Saudi hanya melibatkan negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim Sunni saja.

Dengan berlangsungnya KTT ini, MBS telah mengirimkan “sinyal kuat bahwa kita akan bekerja sama dan berkoordinasi untuk saling mendukung satu sama lain.”

Di sisi lain, Arab Saudi juga telah membuat sebuah batas yang menempatkan Qatar berada di luar aliansi 41 negara muslim.

Seperti diketahui, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Doha pada bulan Juni, sebagian karena tuduhan bahwa Doha mendukung ekstremis dan memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan Iran. Arab Saudi juga menutup perbatasan darat, pelabuhan laut dan wilayah udaranya ke Qatar.

Pertemuan negara-negara muslim tersebut juga tidak termasuk Iran, yang telah mendukung Presiden Suriah Bashar Assad dalam memerangi ISIS (yang didukung Arab Saudi) – sehingga ISIS mengalami kehancuran di Suriah dan Irak.

“Pilar koalisi ini adalah inklusi,” kata Jenderal Saudi Abdulelah al Saleh, sekretaris jenderal aliansi negara-negara muslim tersebut.

“Musuh bersama kita adalah terorisme, bukan agama, sekte atau ras manapun.”

Pertemuan tersebut diselenggarakan bertepatan dengan rendahnya hubungan Riyadh dan Teheran – terutama terkait peran mereka dalam perang di Suriah dan Yaman – serta pengunduran diri Perdana Menteri Libanon Saad al Hariri yang oleh banyak pengamat diaktakan diatur oleh pihak berwenang Saudi untuk mengacaukan Pemerintah koalisi Lebanon.

Pemimpin Hizbullah menyatakan bahwa Arab Saudi telah ‘mengumumkan perang’ dengan Lebanon. Hal tersebut, terkait dengan pernyataan Hariri bahwa pengunduran dirinya adalah sebagai protes atas meningkatnya kekuatan organisasi Hizbullah dukungan Iran. (Banyu)

Exit mobile version