NUSANTARANEWS.CO – Percobaan bunuh diri, overdosis obat-obatan terlarang, melukai diri dengan disengaja diketahui dalam beberapa tahun terakhir ini meningkat secara substansial pada remaja perempuan di Amerika Serikat, sebagaimana ditulis TIME. Hal ini berdasarkan penemuan dari sebuah studi yang dilakukan dalam kurun waktu 15 tahun yang mempelajari data kedatangan pasien di UGD .
Belum jelas penyebab dari maraknya hal tersebut terjadi, namun para pakar kesehatan mental mengemukakan bahwa mungkin cyberbullying, penyalahgunaan zat dan tekanan ekonomi dari resesi baru-baru ini mungkin memberikan kontribusi.
Meningkatnya tindakan bunuh diri tersebut, “harus menjadi perhatian orang tua, guru, dan dokter anak. Salah satu alasan penting untuk fokus mengurangi bahaya diri adalah faktor risiko utama untuk bunuh diri,” kata Dr. Mark Olfson, seorang profesor psikiatri di Universitas Columbia menanggapi temuan ini.
Kenaikan jumlah paling tajam dikatahui terjadi pada anak perempuan berusia 10 sampai 14 tahun, hampir tiga kali lipat dari tahun 2009 sampai 2015, dimana diketahui sebanyak 110 kasus bunuh diri per 100.000 tindakan di UGD, menjadi hampir 318 per 100.000.
Pada tahun 2015 gadis remaja memiliki jumlah kasus tertinggi, dengan jumlah sekitar 633 kasus per 100.000 kunjungan UGD.
Kasus overdosis obat dan meracuni diri lainnya adalah metode yang paling umum dilakukan pada anak perempuan dan anak laki-laki, diikuti dengan pelukaan dengan sengaja pada organ tubuh. Penelitian ini belum mencakup metode bunuh diri mana yang paling sering dilakukan berdasarkan usia dan berapa banyak korban luka atau yang memetrlukan perawatan inap.
Semua luka disengaja, tapi tidak semuanya sebagai upaya bunuh diri, kata peneliti utama Melissa Mercado.
Menanggapi penemuan ini pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat, juga mengungkapkan penemuan mereka dalam Journal of American Medical Association. Bahwa, tren tersebut sejajar dengan meningkatnya laporan depresi remaja dan kasus bunuh diri.
Dalam kurun 2001 sampai 2015 dan dalam usia 10-24 tahun tercatat sebanyak hampir 29.000 anak perempuan menderita luka akibat kasus pelukaan diri sendiri tersebut, sedangkan angka untuk kasus yang terjadi pada laki-laki jatuh pada angka 14.000 selama tentang waktu tersebut. Grafik kasus untuk perempuan diketahui terus meningkat setiap tahunnya sementara bagi laki-laki cenderung stabil.
Periset mengatakan bahwa temuan tersebut menggarisbawahi kebutuhan untuk meningkatkan upaya pencegahan. Upaya tersebut termasuk memberikan ruang bagi anak untuk tidak merasa terisolasi dan lebih terhubung dengan teman-teman sebayanya, dan mengajarkan keterampilan mengatasi masalah dan pencegahan masalah.
Penulis: Riskiana
Editor: Romandhon