Analogi Ratna Sarumpaet: Orang Bakar Ban Mobil Teriak Rumahnya Kebakaran

ratna sarumpaet, berbohong, kebohongan, pembohongan, penganiayaan, pengeroyokan, abraham lincoln, hersubeno arif, operasi plastik
(Foto: Ilustrasi/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra (Waketum Gerindra) Arief Poyuono menganalogikan drama kehidupan Ratna Sarumpaet berjudul hoaks dengan peristiwa ada orang membakar ban mobil tetapi teriak rumahnya terbakar.

“Analoginya begini, seorang warga Indonesia ingin menipu warga lainnya dengan cara dia membakar ban mobil di halaman belakang rumahnya dan berteriak kepada tetangga sebelahnya dengan teriak kebakaran. Secara reflek, tentu para tetangganya akan berteriak “kebakaran, kebakaran,” agar warga yang lain siap-siap menghadapi sebuah peristiwa kebakaran di lingkungannya,” kata Arief dalam pesan tertulisnya, Senin (15/10/2018).

Baca Juga:

Sama, kata dia, ada barang terbakar tapi bukan rumah terbakar melainkan ban dengan muka Ratna Sarumpret yang bengep tapi bukan karena dianiaya atau dipukuli kacuali karena penganiayaan secara medis yang disetujui oleh dokter untuk operasi plastik mukanya.

“Ketika tetangga sebelah berteriak kebakaran maka terjadilah keributan semua tetangga Juga ikut berteriak. Sebab ancaman kebakaran merupakan ancaman yang berbahaya bagi kehidupan masyarakat,” jelasnya.

“Sama dengan kasus bengep-bengepnya Ratna Sarumpret yang mengaku dianiaya juga sangat berbahaya bagi kehidupan dan keamanan masyarakat. Padahal muka bengep Ratna karena operasi plastik,” imbuhnya.

Karena itu, Arief bertanya, apakah yang diteriakan oleh LSM dan tokoh-tokoh politik tentang kebohongan Ratna masuk kategori Hoaks yang dilakukan oleh tokoh-tokoh politik dan LSM. Sehingga membuat onar secara nasional. Kemudian Polisi memanggil mereka untuk memeriksa sebagai saksi saksi, seperti Amen Rais, Said Iqbal, dll.

“Dan apakah para warga yang berteriak-teriak kebakaran karena tetangga sengaja membakar ban mobil lalu berteriak kalau ada kebakaran juga merupakan teriakan Hoaks yang dilakukan para warga lainnya dan apakah masuk katagori berbuat onar, apakah misalnya dalam kasus ini Polisi juga akan menindak lanjuti?,” katanya mempertanyakan.

Karena, menurut dia, kategori keonaran yang katanya diakibatkan oleh hoaks tidak perlu meluas di Medsos, tapi cukup di sebuah lingkungan RT saja sudah disebut sebuah keonaran. “Nah kesimpulannya tolong semua pihak earas termasuk aparat hukun dalam menyingkapi kasus penipuan Ratna Sarumpet kepada para politisi, tokoh nasional dan para LSM,” ujarnya.

Lucunya lagi, lanjut Arief, Tim Kampanye Joko Widodo justru melapor ke Bawaslu sebagai sengketa Pilpres. “Wong yang diteriakan oleh para Politisi dan LSM itu ditujukan pada Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla dan bukan Capres dan Cawapres Joko Widodo-Maruf Amin ya. Untuk bisa mengungkap masalah bengep-bengepnya muka Ratna yang menurut pengakuan Ratna karena dianiaya padahal benget karena akibat operasi topeng Plastik,” kata Arief.

Atas fakta tersebut, Arief menilai bahwa, TKN Joko Widodo dalam kasus Ratna Sarumpet nebanampakkan terbawa perasaan alias “baper”.

Simak:

“Supaya di sisa pemerintahan Jokowi-JK, sebaiknya Jokowi mundur mulai saat ini. Karena nanti kalau kami sebagai oposisi atau saya mengkritisi pemerintahan Jokowi-JK dianggap melakukan pelanggaran Pemilu,” seru Arief.

“Mundur dong Kangmas Joko Widodo, jangan kalau bagi-bagi sembako (Bansos) di tahun politik nanti kalau kami anggap kampanye terselubung ngelesnya sebagai tugas dan Kerja Presiden yang memerintah dan bukan sebagai kapasitas sebagai Capres Pilpres 2019. Supaya fair ya…,” tandasnya.

Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana

Exit mobile version