ArtikelKolom

Ratna Sarumpaet dan Teknik Firehose of the Falsehood

Aktivis sekaligus kritikus pemerintah Ratna Sarumpaet. (FOTO: Detik)
Aktivis sekaligus kritikus pemerintah Ratna Sarumpaet. (FOTO: Detik)

JIKA benar Prabowo-Sandi menggunakan konsultan politik yang sama dengan konsultan politik Donald Trump, maka apa yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet ini adalah bagian dari teknik Firehose of the Falsehood. Jadi ini adalah bagian kebohongan kentara (obvious lies) yang direncanakan untuk membangun ketakutan.

Penelitian Rose McDermott mengenai Genetic of Politics menunjukkan orang konservatif dan progressive memiliki pola kerja otak yang berbeda. Konservatif memiliki Amygdala yang lebih aktif sementara progressive memiliki insula yang lebih aktif.

Amygdala adalah bagian otak yang berhubungan dengan rasa takut sementara insula berhubungan dgn rasa empati. Hal ini ditunjukan oleh penelitian Rose McDermott yang memperlihatkan gambar seseorang yang sedang ditahan oleh polisi sambil ditekan dilantai dengan kondisi dramatis.

Orang-orang konservatif akan cendrung melihat badge dan logo yang terdapat pada baju seragam polisi di gambar tersebut. Sementara progressive akan melihat mata dari orang-orang yang ada difoto. Mata adalah window to the soul bagi orang-orang progressive.

Maka, orang-orang konservatif akan lebih menyukai keteraturan (order) dan kagum pada otoritas (authority), sementara orang-orang progressive yang didorong oleh empati akan lebih cenderung bergerak berdasarkan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Jadi obvious lies yang kita lihat akhir-akhir ini adalah untuk men-trigger Amygdala para calon pemilih. Teknik firehose of falsehoods ini memang untuk membangun ketidakpercayaan terhadap informasi dan membuat Amygdala masyarakat aktif secara terus menerus.

Amygdala adalah bagian otak yang tergolong primitive, karena berhubungan dengan kemampuan kita bertahan (survival instinct). Sementara, dibutuhkan tingkat kecerdasan tertentu bagi sesorang agar Insula-nya lebih aktif.

Seperti yang dapat dibaca dari data Cambridge Analytica, pemilih konservatif memang cenderung akan memilih Prabowo-Sandi. Jadi, trigger Amygdala ini akan berfungsi untuk membuat bimbang kelompok yang ada ditengah di mana selain Insula-nya aktif, Amygdala-nya masih sedikit lebih dominan.

Jadi, model obvious lies seperti yang kita lihat sekarang ini bukanlah yang terakhir. Teknik firehose of the falsehoods ini membutuhkan kebohongan-kebohongan yang dilakukan secara repetitive dan terus menerus. Maka, tampaknya kita akan menyaksikan model Pilpres Amerika Serikat 2016 di Indonesia pada Pilpres Indonesia 2019 ini.

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Oleh: Ahmad M Firdaus, Dosen FTSP ITB, PhD student of Oxford UK

Related Posts

1 of 3,148