NUSANTARANEWS.CO, Teheran – Aliansi AS, Israel, dan Arab Saudi bekerja sama bunuh Qassem Soleimani dan wakil komandan Irak Unit Mobilisasi Populer (PMU), Abu Mahdi al-Muhandis. Hal tersebut dikatakan oleh Pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayed Hassan Nasrallah dalam sebuah wawancara eksklusif dengan jaringan televisi Al-Mayadeen pada hari Minggu. Nasrallah membuat pernyataan itu ketika merefleksikan perkembangan situasi regional dan internasional serta masalah domestik Lebanon.
“Pembunuhan kriminal Jenderal Soleimani bukan hanya kejahatan Amerika, tetapi saya percaya bahwa Israel dan Arab Saudi juga menjadi penyebab kejahatan ini, bahkan jika peran mereka hanya untuk memprovokasi Washington untuk melakukannya,” kata pemimpin Hizbullah itu.
Jenderal Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, dan rekan parit Iraknya, al-Muhandis, dibunuh bersama dengan rekan-rekan mereka dalam serangan drone teror AS yang disahkan oleh Trump di dekat Bandara Internasional Baghdad pada Januari. 3.
Akibat serangan tersebut, parlemen Irak langsung mengadopsi RUU penarikan semua pasukan militer asing yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dari negara itu.
Kedua komandan tersebut dikagumi oleh negara-negara Muslim karena membasmi kelompok teroris yang disponsori oleh ISIS di wilayah tersebut, khususnya di Irak dan Suriah.
Pembunuhan AS menarik gelombang kecaman dari para pejabat dan gerakan di seluruh dunia, dan memicu protes publik besar-besaran di seluruh wilayah.
Pada 8 Januari, IRGC membombardir pangkalan udara Ain al-Assad yang dikelola AS di provinsi Anbar, Irak Barat sebagai “tamparan pertama” atas pembunuhan Jenderal Soleimani. Departemen Pertahanan AS melaporkan bahwa lebih dari 100 pasukan AS menderita “cedera otak” akibat serangkain serangan rudal ke pangkalan itu.
Di tempat terpisah, pemimpin Hizbullah juga menyampaikan bahwa dirinya termasuk target utama dalam yang disusun oleh AS, Israel, dan Arab Saudi. Nasralah juga mengungkapkan bahwa berdasarkan informasi yang diterima dari sumber yang dapat dipercaya, selama kunjungan pertamanya ke Washington, Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman telah mencoba meyakinkan Trump agar mengizinkan pembunuhan komandan Hizbullah dan pejabat seniornya melalui operasi Israel.
“Kami memiliki informasi bahwa Arab Saudi telah merencanakan untuk membunuh saya setidaknya sejak perang di Yaman dimulai,” lanjut pemimpin Hizbullah, dan menambahkan bahwa, AS telah menyetujui rencana Saudi, yang akan dilaksanakan oleh Israel.
Nasrallah juga menuturkan bahwa dirinya selalu menjadi target aliansi AS, Israel, dan Arab Saudi baik sebelum maupun sesudah pembunuhan Jenderal Soleimani. (AS)