ACT Salurkan Bantuan PT IMIP ke Palu Barat dan Selatan yang Nyaris Belum Tertangani

salurkan bantuan, lembaga kemanusiaan, palu barat, palu selatan, kelurahan duyu , kota palu, pengungsi palu, korban gempa, korban tsunami, act, bantuan perusahaan nikel, pt imip morowali, tambang nikel imip, perumnas balora, ekuifasi, evakuasi korban, nusantara, nusantaranews
Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus salurkan bantuan untuk warga terdampak gempa di sejumlah wilayah di Kota Palu, Selasa (9/10). (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Palu – Memasuki hari ke-11 pasca gempa dan tsunami, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus salurkan bantuan untuk warga terdampak gempa di sejumlah wilayah di Kota Palu. Salah satunya di pengungsian kelurahan Duyu, Kota Palu.

Ada sekitar 3014 kepala keluarga atau 8000 jiwa bertahan di tenda-tenda pengungsian yang terletak di kaki bukit Gawalise ini. Pada Selasa (9/10) ACT menyalurkan bantuan perusahaan tambang nikel PT IMIP berupa 300 kantong beras 5 kg dan 400 paket bahan pokok di Kelurahan Duyu. “Total ada 700 paket sembako yang kami berikan kepada pengungsi,” kata Komandan Rescue ACT, Kusmayadi.

Bantuan kedua kalinya itu selain disebarkan di tempat tersebut juga didistribusikan ke 30 kelurahan dan 6 kecamatan di Palu Barat dan Palu Selatan.

“Kami hampir setiap hari mengirimkan, tapi kami gilirkan dari masing-masing wilayah itu agar bantuan bisa merata dan memulihkan ekonomi yang ada saat ini,” papar pria yang akrab disapa Yadi tersebut.

Yadi berharap, bantuan PT IMIP dapat diikuti oleh perusahaan tambang lainnya yang ada di Indonesia. “Mereka jangan hanya mengeruk kekayaannya saja tapi kita berharap juga ikut membantu warga yang terkena bencana seperti yang dialami masyarakat Palu, Donggala dan Sigi,” harapnya.

Apa yang dilakukan PT IMIP ini, lanjut Kusmayadi, tidak berhenti sampai hari ini. “Besar harapan kami bisa berkelanjutan,” katanya.

Sementara itu, Lurah Duyu Nurdin mengungkapkan, persediaan bahan pokok seperti beras di pengungsian Kelurahan Duyu hanya untuk dua hari ke depan. “Kami masih kurang Pampers bayi, susu bayi, bubur bayi. Banyak bayi-bayi butuh perhatian,” ungkapnya.

Wati (38), salah seorang pengungsi warga Perumnas Balaroa mengatakan, dia bersama keluarganya sudah 10 hari tinggal di tenda pengungsian. “Ya mau di mana lagi yang aman, rumah saya sudah hancur. Kami ucapkan terima kasih dengan bantuan-bantuan yang diberikan. Sementara bantuan yang ada bisa buat masak tiap hari,” tutur Wati.

Pantauan media, pengungsi di Kelurahan Duyu didominasi oleh warga Perumnas Balaroa dan sekitarnya. Perumnas Balaroa adalah kawasan pemukiman warga yang sebagian besar wilayahnya mengalami ekuifaksi. Diperkirakan ribuan jiwa masih terkubur di wilayah tersebut dan belum dapat dievakuasi.

(anm/amj)

Editor: M Yahya Suprabana

Exit mobile version