Mancanegara

Ibarat “Quick Count” Media Mainstream Barat Telah Menjadi Referensi Pembenaran Kejaharan Perang Yaman

Kejahatan Perang Yaman

NUSANTARANEWS.CO – Dengan menepikan berita Perang Yaman yang sesungguhnya, media mainstream barat tampaknya telah menjadi agen kekuasaan yang melayani dan melindungi kepentingan pemilik modal dan pemerintahan yang korup, seperti halnya “Quick Count” dalam pemilu – media mainstream seakan menjadi pembenaran terhadap kejahatan perang di Yaman. Dengan kata lain, media mainstream sama sekali tidak menghargai puluhan juta rakyat Yaman yang menjadi korban.

Kejahatan Perang Yaman oleh Koalisi Arab Pimpinan Arab Saudi yang didukung penuh oleh Amerika Serikat (AS) tampaknya menjadi hal yang tabu untuk diberitakan oleh media mainstream barat. Kisah pembantaian warga sipil, wanita dan anak-anak tampaknya memang disembunyikan oleh jaringan media mainstream. Atau beritanya dimanipulasi seakan menjadi perang melawan teroris di Yaman sehingga tidak mengusik rasa kemanusiaan publik AS.

Sejak pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi membombardir Yaman tahun 2015, tidak ada secuil pun berita tentang kejahatan perang di Yaman yang muncul. Begitu pula ketika presiden AS Donald Trump mengunjungi Riyadh, Arab Saudi, pada bulan Mei. Padahal jelas-jelas jaringan berita Qatar, Al Jazeera melaporkan serangan udara pasukan koalisi ke Yaman dan menewaskan ratusan warga sipil serta banyak anak-anak. Kisah pembantaian ini pun kemudian hilang dengan cepat.

Baca Juga:  Termasuk untuk Indonesia, Raja Maroko King Mohammed VI Tunjuk Dubes Baru

Tapi pemberitaan penandatanganan kontrak pembelian senjata bernilai ratusan milyar dollar oleh Presiden Trump justru menjadi berita utama. Padahal senjata-senjata itu jelas dipergunakan oleh militer Arab Saudi untuk menyerang Yaman. Menarik untuk dicatat bahwa Presiden Trump dalam waktu singkat telah menjadi penjual senjata terbesar sepanjang sejarah Presiden AS – yang tentu sangat menggembirakan para produsen indusri pertahanan. Merayakan kontrak ini, media mainstream membuat judul: “Stock defenses are at record highs on the Trump-Saudi deal.”

Sebagai informasi, sejak 17 Januari 2017 harga saham industri pertahanan terus mengalami kenaikan: harga saham Boeing naik dua kali lipat; saham Raytheon naik 35 persen, Lockheed Martin naik 30 persen dan General Dynamics 17 persen. Bisnis perang tampaknya sedang mengalami saat-saat yang menggembirakan.

Pembelian senjata oleh Arab Saudi dari Washington sekaligus merupakan isyarat lampu hijau bagi kelanjutan perang di Yaman. Tanpa dukungan AS, mana mungkin Arab Saudi berani menginvasi Yaman.

Baca Juga:  Developing Multi-Dimensional Partnership between Morocco, Austria Highlighted in Vienna

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, ketika ditanya terkait pemboman yang sembarangan oleh CBS mengatakan: “Kami sangat berhati-hati dalam memilih target, kami memiliki senjata yang tepat, kami bekerja dengan sekutu kami, termasuk AS dalam menentukan target…” AS membantu pasukan koalisi mengidentifikasi “target” di Yaman. Ini adalah poin penting – artinya AS juga turut terlibat dan bertanggung jawab penuh atas kejahatan perang di Yaman. Kejahatan yang luar biasa ini mungkin akan menjadi kekejaman terburuk di abad 21.

Betapa tidak, bila Bom-bom yang dipergunakan oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang meluluh lantakan infrastruktur dan membunuh warga sipil, wanita dan anak-anak di Yaman adalah senjata-senjata buatan industri militer AS, Inggris dan negara barat lainnya. Bom-bom tersebut menghancurkan target di Yaman dengan dukungan intelijen AS tentunya yang ingin menguasai Yaman. Negeri yang kaya sumber daya alam ini memang belum di jarah oleh Paman Sam.

Baca Juga:  Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

Selain bom, blokade dan embargo yang ketat terhadap Yaman secara sistematis juga telah membunuh lebih banyak lagi warga sipil, wanita dan anak-anak di negri 200 pulau tersebut. Tujuan embargo memang untuk membuat warga Yaman kelaparan dan menyerah. Dampak lain embargo adalah munculnya wabah penyakit seperti kolera dan difteri yang menjangkiti jutaan warga Yaman sebagai akibat tidak adanya air bersih dan obat-obatan. (Aya)

Related Posts

1 of 3,051