NUSANTARANEWS.CO – Presiden Iran Hassan Rouhani menyerukan kepada rakyat agar bersatu melawan Amerika Serikat (AS) menyusul upaya Washington yang akan menghentikan seluruh ekspor minyak Iran pada 4 November. Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (26/06) meminta Jepang dan negara-negara lainnya untuk berhenti membeli minyak mentah dari Iran guna meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Menyikapi kebijakan AS tersebut, Presiden Rouhani dalam pidatonya pada hari Rabu (27/06), Rouhani mengaskan bahwa Iran tidak akan pernah menyerah pada tekanan dan hinaan. Rouhani juga mengatakan bahwa pemerintahannya akan menghadapi situasi sulit.
Dampak kebijakan AS kali memang telah membuat mata uang Iran, rial, anjlok terutama karena beberapa sanksi AS akan diberlakukan kembali bulan Agustus mendatang.
Seperti diketahui, pendapatan Iran 30% masih bergantung pada ekspor minyak, sehingga dengan penerapan sanksi dan pelarangan pembelian minyak mentah Iran, jelas akan sangat berpengaruh terhadap Teheran.
Sementara pemerintah Jepang berada pada posisi yang sulit menyusul permintaan AS agar masyarakat internasional sepenuhnya menghentikan impor minyak mentah dari Iran. Pemerintah Jepang tengah mencari daya upaya untuk melanjutkan impor minyak dari Iran, tapi masih belum jelas apakah bisa mendapatkan pemahaman dari AS. Jepang selama ini lebih dari 5% kebutuhannya minyak mentahnya bersal dari Iran.
Menteri Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga pada hari Rabu (27/06/2018) mengatakan bahwa pemerintah akan melanjutkan pembahasan masalah ini dengan AS dan negara lainnya guna mencegah dampak buruk bagi perusahaan-perusahaan Jepang.
Pemerintah telah menyampaikan kepada AS secara diam-diam atas harapan untuk melanjutkan impor minyak mentah dari Iran, tapi pemerintahan Trump memperingatkan bahwa tidak akan ada pengecualian.
Departemen Luar Negeri mengakui bahwa memotong impor minyak Iran sepenuhnya adalah tantangan yang tidak ada negara ingin melakukannya dengan sukarela.
Sejauh ini, pelanggan Iran yang paling signifikan adalah Cina, Korea Selatan, India, dan Jepang. Di Eropa, pelanggan terbesar adalah Prancis dan Italia. Selain itu, AS juga mendapat perlawanan dari negara-negara yang terlibat dengan kesepakatan nuklir Iran, seperti Inggris, Perancis, dan Jerman. (Aya)