NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta, Ubaidillah Badrun mengatakan kedatangan mantan presiden ke-5, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam upacara kemerdekaan di Istana Negara Kamis 17 Agustus 2017 kemarin dinilai posisi politik SBY lemah.
“Secara politik posisi SBY itu lemah, dia memiliki cukup banyak beban pemerintahan terkait dengan kasus koruspi hambalang,” kata Ubaidillah, Jum’at (18/8/2017).
“Biasanya di politik jika memiliki latar belakang lemah, dia tidak memiliki keberanian yang berbeda secara politik terhadap yang sedang berkuasa. Karena kan Jokowi tau konteks politik dan catatan kelemahan atau evaluasi pada era SBY,” sambungnya.
Karena memang diundangan untuk hadir dari Istana Negara, Ubaidillah membaca kedatangan SBY ia anggap sebagai usaha untuk memainkan langkah kuda mendekati Jokowi.
“Pertama karena 2 tahun lagi mau Pilpres, makin mendekat mau pilpres kan masih memungkinkan manuver politik dilakukan apalagi mau Pilpres,” katanya. Ubaid menduga, “Yang didekati oleh SBY itu adalah Jokowi bukan megawati.”
Soal pilpres 2019 mendatang, pengamat politik dari UNJ ini memandang bahwa SBY memiliki harapan besar terhadap putranya yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk melanjutkan prestasi yang sudah pernah diraih.
“Kalau konteks harapan, saya kira ada pada AHY yang merupakan sosok muda dan masih punya karir politik yang panjang. Cukup memberi warna tersendiri bagi perpolitikan nasional, karena dia tipe tentara yang memiliki kapasitas intelektual bukan secara biasa, tentu harapan SBY ada pada AHY,” pungkasnya.
Pewarta: Syaefuddin A
Editor: Romandhon