NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Indonesia telah berhasil memproduksi tujuh sapi ras Belgian Blue lewat dua teknologi yaitu pengembangan teknologi transfer embrio dan inseminasi buatan. Dari dua teknologi tersebut
dengan Indukan Friesian Holstein (FH), Limousin, dan Simmental lahir enam ekor sapi hasil inseminasi buatan dan satu ekor sapi murni hasil transfer embrio dengan bobot 62,5 Kg – setara dengan sapi keturunan Simental umur 2 bulan. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa peneliti Indonesia mampu mentransfer teknologi dari luar kemudian mengkombinasikannya dengan teknologi dalam negeri.
Sebagai informasi Sapi Belgian Blue adalah sapi berotot pertama di dunia yang alami tanpa bantuan obat-obatan sebagai hasil dari persilangan sapi Shorthorn dan Charolais yang dikembangkan oleh peternak Belgia. Sapi Belgian Blue ini memiliki kulit yang tipis dan sedikit lemak dan bisa menghasilkan karkas 73% dari total bobot tubuhnya. Pada sapi lokal karkas yang dihasilkan hanya 47%. Keberhasilan teknik transfer embrio sapi Belgian Blue ini juga merupakan keberhasilan pertama teknologi embrio transfer yang ada di Asia Tenggara.
Seperti telah diberitakan bahwa Sapi “Gatot Kaca” ini merupakan hasil karya dari Balai Embrio Transfer (BET) Cipelang untuk Balai Inseminasi Buatan (BIB) Nasional Indonesia guna pemenuhan bibit unggul sebagai langkah strategis mewujudkan swasembada daging. Oleh karena itu, semen sapi Belgian Blue ini akan disistribusikan secara terbatas untuk meningkatkan mutu genetik ternak nasional.
Menurut Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Dr. Ir. Surachman Suwardi, dengan lahirnya anakan sapi Belgian Bue ini, diharapkan dapat membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia serta peningkatan mutu genetik ternak.
Dr. Surachman Suwardi kemudian memberikan nama Gatot Kaca kepada anakan hasil rekayasa teknologi tersebut.
Sementara Kementerian Pertanian sendiri berencana menambah anggaran sampai Rp100 miliar pada tahun 2018 untuk mengembangbiakkan sapi Gatotkaca ini. Anggaran tersebut naik lima kali lipat dibandingkan tahun ini yang hanya sebesar Rp20 miliar. (Banyu)
Editor: Eriec Dieda