NUSANTARANEWS.CO – Terpilihnya Gubernur baru DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur baru Sandiaga Salahuddin Uno tidak lepas dari peran partai pengusung yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Kedua partai ini dinilai solid dalam mendukung pasangan Anies dan Sandi mulai dari Pilkada DKI Jakarta putaran pertama hingga putaran kedua. Disamping itu merapatnya Partai Amanat Nasional (PAN) ke barisan koalisi Anies dan Sandi tidak sebesar peran Partai PKS dan Partai Gerindra.
Berdasarkan hasil Real Count KPU DKI Jakarta putaran kedua pasangan Anies dan Sandi memperoleh total suara sebesar 57,95% atau sebesar 3.240.057 suara. Sedangkan pasangan Ahok dan Djarot memperoleh total suara 42,05% atau sebesara 2.352.141 suara. Peningkatan jumlah suara Anies dan Sandi ini sangat tinggi jika dibandingkan dari perolehan suara Anies dan Sandi pada putaran pertama hanya sebesar 40,05% atau 2.200.636 suara.
Besarnya suntikan elektoral terhadap pasangan Anies dan Sandi ini tidak dapat ditutupi oleh gejolak pemilih muslim dan segmen pemilih nasionalis, baik itu yang ada di DKI Jakarta maupun di luar DKI Jakarta. Tujuannya hanya satu yaitu untuk merebut kursi panas DKI Jakarta dengan mendukung pasanga Anies dan Sandi dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta puatan kedua. Rata-rata dari mereka yang ikut dalam mobilisasi massa yaitu pemilih yang berbasis Islam dari segmentasi pemilih PKS serta pemilih yang notabenenya memeluk Agama Islam dari Partai Nasionalis Gerindra.
Koalisi kedua partai ini mampu menggerakkan mesin partai secara bersamaan ditengah perbedaan ideologi partai. Inilah letak uniknya koalisi antara pemilih ummat dan pemilih bangsa. Kader-kader ummat dari PKS sangat terlatih dalam menyusun langkah untuk menarik suara dari kantong-kantong mayoritas pemilih muslim, baik itu dari kader-kadernya yang ada di daerah maupun yang ada di pusat.
Munculnya Figur Prabowo
Kemudian kuatnya figur Prabowo Subianto dalam mengkomandoi mesin Partai Gerindra untuk mendukung pasangan Anies dan Sandi ternyata memberikan buah positif kepada Prabowo. Kedua partai mampu bersanding dari awal hingga akhir tetes penghasbisan Pilkada DKI Jakarta. Ha ini disinyalir berlanjut hingga proses Pilkada di beberapa daerah tidak terkeculi pada Pilwalkot Kota Bandung hingga Pilpres 2019 mendatang.
Chemisry dari koalisi kedua partai dapat dipastikan pada Pilwalkot Kota Bandung misalnya. Berbagai partai politik, mulai saling lirik untuk berkoalisi mengusung calon pada Pemilihan Wali Kota Bandung (Pilwalkot). Menurut Dewan Pertimbangan DPD PKS Jabar yang juga menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bandung, Oded M Danial, koalisi PKS-Gerindra pada Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pilgub Jakarta akan diadopsi di Jawa Barat, termasuk Pilkada Bandung.
Seperti yang dijelaskan Oded di beberapa media bahwa sepakat untuk koalisi permanen. Jadi, di Jawa Baarat akan diupayakan koalisi antara PKS-Gerindra akan diberlakukan untuk 16 kabupaten atau kota.. Menurut Oded, kesepakatan berkoalisi tersebut sudah ditetapkan di pusat. Jadi, harus diikuti sampai ke DPC-nya. Oleh karena itu, sudah ditetapkan pada Pilkada Bandung, PKS akan berkoalisi dengan Gerindra. Koalisi 2013, dipertahankan lagi di Pilwalkot.
Sebagaimana pernyataan PKS sudah menetapkan ada beberapa nama yang akan maju pada Pilwalkot nanti. Salah satunya, Oded M Danial, calon lainnya, di antaranya Tedy Rusmawan (anggota DPRD Kota Bandung) dan Haru Suandharu (anggota DPRD Kota Bandung).
Pernyataan Oded tentang calon wakil wali kota yang akan mendampinginya, dia mengatakan, kemungkinan besar akan bersanding dengan calon dari Gerindra. Sudah ada beberapa orang yang datang bersilaturahim untuk menjadi wakilnya. Mereka berasal dari kalangan pengusaha, publik figur, dan birokrat.
Selain itu, penjelasan Oded, ia berharap calon Wakil Wali Kota Bandung yang akan bersanding dengannya memiliki integritas, tak ada potensi kasus hukum dan harus dari partai. Karena partainya tak bisa maju sendiri mengusung calon mengingat jumlah kursinya yang masih kurang. Penentuan calon itu tentu akan menentukan 50 persen kemenangan.
Jadi, menentukan calon wakil harus cerdik, seperti koalisi yang bergabung dengan kubu Anies-Sandi di putaran kedua Pilgub DKI 2017. Seharusnya para calon menyerahkan sepenuhnya kepada PKS dan Gerindra selaku partai pengusung mereka nantinya. Jangan sampai pecah seperti yang terjadi di kubu partai lain yang tidak solid dalam menentukan arah kiblat partai. Jika PKS dan Gerindra tetap Solid dalam berkoalisi di Pilkada tahun depan, tentunya akan ada sinyal-sinyal positif untuk Pemilhan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 mendatang.
*Ikhwan Arif, Direktur Indonesia Political Power