NUSANTARANEWS.CO, YOGYAKARTA – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar aksi peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) dipertigaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (8/3/2017). Aksi tersebut dimaksudkan sebagai bahan refleksi terhadap isu-isu kekerasan terhadap perempuan yang semakin banyak terjadi.
Catatan Akhir tahun 2016 dari Komnas Perlindungan perempuan, dalam rentan waktu antara tahun 2015-2016, ada sekitar 16.217 kasus kekerasan terhadap perempuan. Persoalan tersebut tidak hanya persoalan domestik saja, melainkan merambah kesektor publik. Misalnya berkaitan dengan peraturan daerah yang diskriminatif, peristiwa intoleransi agama, kebijakan hukuman mati, penggusuran, konflik politik.
Dari laporan yang diterima Nusantaranews, massa aksi long march dari depan Muti Purpose UIN Sunan Kalijaga sampai ke pertigaan UIN dengan menggunakan dresscode putih-putih dan menyampaikan orasi politik disertai dengan adegan drama teatrikal sebagai ekspresi keadaan kaum perempuan pada saat ini.
Menurut koordinator lapangan sekaligus Ketua Gerakan Gender Transformatif PMII UIN Sunan Sunan Kalijaga Nisa mengatakan bahwa perempuan pada massa sekarang ini sudah harus memiliki kesadaran yang sama dengan kaum laki-laki. Terbukanya ruang-ruang publik, harus dioptimalkan dalam rangka untuk mensejajarkan diri dengan kaum laki-laki.
“Kita ingin pemerintah dan para pemangku kebijakan yang lain merespon segala bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan. Misalnya, human traficking, kekerasan terhadap perempuan, perbudakan seks, minimnya perhatian di bidang ketenagakerjaan kaum perempuan dan lain-lain,” kata dia.
Nisa Menambahkan, aksi memperingati hari Perempuan Internasional ini, juga merupakan sebuah kampanye kepada masyarakat di Daerah istimewa Yogyakarta, untuk tidak memandang rendah dan lemah kaum perempuan. Ia menginginkan bahwa perempuan adalah partner untuk membangun sebuah peradaban Indonesia yang lebih maju dan seimbang.
Penulis: Ucok Al Ayubbi