NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pada saat kedatangan Raja Arab Saudi, Salman Bin Abdul Aziz Al Saud, di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma Rabu (1/3/2017) kemarin, ada sosok yang luput dari pandangan. Sosok tersebut adalah seorang Indonesia yang bernama Muhammad Muchlis Hanafi.
Saat Raja Salman turun dari eskalator pesawat yang ditumpanginya, Muchlis Hanafi langsung mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat akan menyambut Raja Salman. Bahkan ketika Raja Salman diperkenalkan kepada delegasi Indonesia, Muchlis Hanafi pun selalu berada di sebelah Jokowi.
Selain saat di Lanud Halim, di Istana Bogor pun Muchlis juga tak bisa jauh-jauh dari Jokowi. Siapakah dia? Dialah penyambung informasi alias penerjemah bahasa di antara Jokowi dan Raja Salman.
Pertanyaan kemudian muncul, selain sebagai penerjemah, siapakah sosok Muchlis Hanafi ini?
Dikutip dari Jakarta.go.id, Muchlis adalah ulama Betawi berusia muda yang dikenal sebagai pakar tafsir AI-Qur’an. Saat ini ia menjabat sebagai Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran (LPMQ) Badan Penelitian dan Pengembangan-Pendidikan dan Pelatihan (Balitbang-Diklat) Kementerian Agama (Kemenag).
Selain itu, Muchlis juga mengajar di program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga menjabat sebagai seorang Manajer Program di Pusat Studi Al-Quran (PSQ) dan Konsultan Kerja Sama Luar Negeri (Timur Tengah).
Muchlis merupakan lulusan dari Universitas Kairo di Mesir. Pada usia 35 tahun, putra pasangan H. Muhammad Hanafi dan Hj. Siti Cholis ini sudah berhasil meraih gelar Doktor dari Universitas Al Azhar, Kairo. Sejak kecil Muchlis memang dididik oleh ayah dan ibunya dengan pendidikan Islam.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), setelah pulang sekolah, siang hari ia mengaji di sebuah madrasah. Selepas Maghrib sampai waktu Isya, ia mengaji khusus AI-Qur’an.
Setelah lulus SD, Muchlis pun melanjutkan pendidikan ke Kulliyatul Muallimin al-Islamiyyah (KMI) Pondok Modern Gontor. Setelah mendapat izin orang tua pada tahun 1983, Muchlis mengikuti tes masuk ke Pondok Modem Gontor dan akhirnya lulus.
Selepas “nyantri” di KMI Pondok Modern Gontor selama enam tahun (Tsanawiyah dan Aliyah), Muchlis kemudian memperdalam ilmunya dengan “nyantri” di Pesantren Tinggi Ilmu Fiqih Bangil (1989-1990) dan PP. Tahfizh al-Quran Sunan Pandanaran, Yogyakarta (1990-1992).
Selama tiga belas tahun (1992-2006), Muchlis Hanafi baru secara serius mematangkan studinya dalam bidang Tafsir Al-Quran di Universitas AI-Azhar, Kairo, Jurusan Tafsir dan Ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Beliau juga adalah menantu dari salah seorang cucu ulama terkemuka Bekasi yakni KH Noer Alie pendiri Pesantren Attaqwa Pusat, Ujung Harapan Bahagia Bekasi.
Reporter: Rudi Niwarta