NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Jatim yang juga Bakal Calon Bupati (Bacabup) Jember 2024 Muhammad Fawait mengaku siap mewujudkan generasi emas di Kabupaten Jember dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Pernyataan tersebut disampaikan Gus Fawait sapaan akrab Muhammad Fawait dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 yang bertepatn jatuh pada Selasa (23/7/2024).
Ia mengakui Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah di Jatim yang memiliki jumlah penduduk terbesar. Di sisi lain, Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif akan mendominasi yang puncaknya diperkirakan pada 2045 mendatang.
“Bonus demografi jangan sampai menjadi bencana demografi. Oleh karena itu harus kita siapkan mulai saat ini,” tegas Muhammad Fawait.
Diakui Gus Fawait, kondisi Jember hari ini masih tidak baik-baik saja karena angka kemiskinan di Jember masih tertinggi kedua di Jatim sehingga memicu persoalan yang lain. Seperti, anak putus sekolah, stunting maupun pengangguran.
“Akibat kemiskinan itu menyebabkan banyak anak putus sekolah. Ada 6600 lebih anak yang putus sekolah baik di level SD, SMP, dan SMA.Tentu ini angka yang sangat besar. Apalagi Jember adalah salah satu kabupaten tujuan pendidikan tetapi anak-anak Jember angka putus sekolah nya masih sangat tinggi,” ungkap politikus asli Jember ini.
Persoalan tersebut jika dibiarkan dan tidak segera dicarikan solusi, lanjut Gus Fawait maka akan menjadi beban bonus demografi bahkan bisa menjadi bencana demografi dalam jangka panjang.
“Makanya ke depan jika saya diberi amanah memimpin Kabupaten Jember, kemiskinan ini wajib diatasi,” jelas pria yang juga Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN).
Menurut Gus Fawait, kalau memang ada masyarakat miskin yang punya anak, maka pemerintah harus hadir untuk memastikan bagaimana anak orang miskin bisa sekolah, serta merangkul sekolah maupun pesantren dengan baik.
“Ke depan, kami akan memperhatikan betul anak-anak orang tidak mampu dan kami akan bekerjasama dengan semua pihak, termasuk dengan pesantren, agar bagaimana angka putus sekolah tidak tidak semakin banyak,” harapnya.
Bahkan kalau bisa, kata Gus Fawait mereka yang putus sekolah juga harus ada langkah-langkah taktis dari pemerintah.
“Apakah itu akan kita ikutkan pakai C atau bagaimana nantinya kita ikutkan pelatihan dan sebagainya akan dirumuskan kedepan,” jelasnya.
Kemiskinan di Jember juga mengorbankan banyak anak balita. Pasalnya, kita tahu bahwa Kabupaten Jember angka stuntingnya sangat tinggi di Provinsi Jatim.
“Stunting mungkin tidak bisa disembuhkan tapi mungkin stunting bisa diminimalisir. Dan yang paling efektif adalah dilakukan pencegahan,” beber Gus Fawait.
Stunting itu akibat dari kemiskinan. Hal itu bisa dilihat bahwa sangat jarang anak orang kaya kena stunting. Sebaliknya sebagian besar yang terkena stunting adalah anak orang-orang yang tidak mampu.
“Ke depan ketika kemiskinan kita atasi, maka saya yakin angka sunting juga InsyaAllah akan bisa tertekan di Kabupaten Jember,” kata mantan bendahara DPD Partai Gerindra Jatim ini
Dampak kemiskinan di Kabupaten Jember juga mengakibatkan banyak terjadi Pernikahan Dini (belum cukup umur). Gus Fawait mengaku paling tidak setuju kalau Pernikahan Dini itu dikaitkan dengan pemahaman agama tertentu.
Ia menontohkan, ketika anak-anak orang tidak mampu tidak bisa melanjutkan sekolah, rata-rata mereka memilih untuk berumah tangga sebagai solutif agar tidak membebani orang tua lagi.
Padahal, ketika sudah berumah tangga mereka belum ada kesiapan baik mental maupun ekonomi serta lainnya, justru akan terjadi masalah-masalah baru. Misal, angka perceraian semakin banyak. Kalau mereka punya anak, anaknya tidak dapat perhatian yang akibatnya terkena stunting, putus sekolah dan lain sebagainya.
“Ke depan kami akan fokus di dalam penanggulangan kemiskinan di Jember dan kami akan fokus bagaimana melindungi anak-anak Kabupaten Jember yang merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan untuk menyiapkan dan membantu pemerintah pusat bagaimana bonus demografi harus betul-betul menjadi bonus demografi bukan menjadi bencana demografi di kemudian hari dan itu akan sesuai dengan target Indonesia emas di tahun 2045,” pungkas Gus Fawait. (setya)