Berita UtamaHot TopicLintas NusaRubrikaTerbaru

Terkait RS Penawar Medika, PPWI Tulangbawang Akan Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung

Terkait RS Penawar Medika, PPWI Tulangbawang Akan Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
Terkait RS Penawar Medika, PPWI Tulangbawang akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.

NUSANTARANEWS.CO, Tulangbawang – Sangat disayangkan, pihak Rumah Sakit (RS) Penawar Medika disinyalir mengintimidasi pihak pasien terkait pemberitaan di beberapa media online soal dugaan kelalaian RS dalam menangani pasien. Diketahui bahwa pasien bernama Sri Haryati didatangj oleh oknum suruhan pihak RS Penawar Medika yang ada di Simpang Penawar, Kabupaten Tulangbawang, Provinsi Lampung, dan melakukan intimidasi terhadap korban.

Pihak Rumah Sakit mempertanyakan terkait informasi yang diberikan oleh Sri Haryati kepada beberapa media tentang dugaan malpraktek yang melibatkan oknum dokter yang bekerja di RS ini. Untuk diketahui bahwa RS Penawar Medika adalah milik seorang anggota DPRD Tulangbawang dari Fraksi PAN.

PPWI Kabupaten Tulangbawang sangat menyayangkan perilaku intimidatif terhadap pasien tersebut terjadi. Kalaupun pihak Rumah Sakit tidak terima dengan pemberitaan dari media yang tergabung di dalam PPWI Media Group, seharusnya mereka dapat memberikan hak jawab.

Baca Juga:  Maroko Nyatakan Tidak Peduli atas Putusan Pengadilan Eropa terkait Perjanjian Pertanian dan Perikanan

“Pihak rumah sakit bisa membuat berita klarifikasi, jawaban, dan atau bantahan, terhadap pemberitaan dan mengirimkan langsung kepada media yang memberitakan awal. Dalam dunia pers tentunya ada etika jurnalistik yang harus kita jalankan, salah satunya adalah menayangkan hak jawab,” ujar Junaidi, salah satu anggota PPWI Kabupaten Tulangbawang, Sabtu, 7 Oktober 2023.

Sebagai kelanjutan dari persoalan ini, sambung Junaidi, pihaknya akan berkordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dalam menyikapi dugaan yang sempat menjadi trending topic belakagan ini di Tulangbawang. “Apalagi ini menyangkut nyawa manusia yang harus kita selamatkan, ini tidak boleh terjadi. Tidak seharusnya pihak manajemen RS Penawar Medika melakukan intimidasi soal informasi yang diberikan oleh keluarga pasien ke awak media, yang sedang kebingungan untuk mencari pertolongan. Seharusnya pihak Rumah Sakit bertanggung-jawab, karena apapun bentuknya, pasien mengalami pendarahan pasca operasi caesar,” jelas Junaidi mewakili rekan-rekan PPWI Tulangbawang.

Parahnya, bukan menyadari kelalaian dan memperbaiki diri dalam menangani dan melayani pasiennya, justru yang terjadi dengan nada sombong pihak manajemen RS tersebut malah menantang awak media. “Kami tidak takut berurusan dengan awak media,” ungkap Junaidi menirukan ucapan pemilik rumah sakit itu.

Baca Juga:  Memilih Ketua MA di Era Transisi Kepemimpinan Nasional

Pengurus dan anggota PPWI Tulangbawang berencana akan segera menemui pihak Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan meminta agar pihak dinas tersebut memberikan atensi terhadap kasus itu. “Kami dari PPWI Tulangbawang akan meminta agar Kepada Dinas Kesehatan memberikan teguran terhadap Rumah Sakit yang bekerja tidak sesuai Standard Operational Procedure (SOP) yang seharusnya mereka taati,” tegas Ketua PPWI Tulangbawang, Andre Yadi.

Sementara itu dari Jakarta, Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, mengatakan bahwa dirinya amat menyesalkan perilaku barbar yang ditunjukkan pengelola RS Penawar Medika terhadap pasien. Tokoh pers nasional itu mengingatkan bahwa intimidasi terhadap pasien atau keluarga pasien dapat menimbulkan kecurigaan bahwa kinerja rumah sakit itu selama ini buruk.

“Bisa saja rumah sakit itu dinilai buruk dalam melayani pasien selama ini. Nyatanya, ketika ada masalah, pasiennya diintimidasi dan bahkan bisa diancam agar tidak buka mulut terkait kelalaian dan buruknya pelayanan rumah sakit. Sangat mungkin pasien-pasien yang pernah jadi korban tidak berani bicara selama ini. Oleh karena itu, saya mendesak agar dinas dan instansi terkait melakukan monitoring dan evaluasi terhadap RS Penawar Medika sebelum jatuh korban lebih banyak,” kata alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 ini. (TIM/Red)

Related Posts

1 of 42