KesehatanLintas Nusa

Kisah Haru Gadis Muda Mengidap Pengapuran Tulang

NUSANTARANEWS.CO – Sudah sekitar tiga tahun Kholis Alfiah (24) tidak bisa berbuat apa-apa usai dirinya divonis mengidap pengapuran tulang. Di tengah-tengah kegetiran tersebut, warga Toyan, Wates, Kulonprogo, DIY ini hanya ingin dirinya bisa berjalan normal seperti orang-orang lain pada umumnya. Kholis mengungkapkan kalau dirinya ingin bekerja lagi seperti dulu sebelum pengapuran tulang ini menimpanya.

“Nah, pas aku kursus masak itu, aku jalan wes jinjit-jinjit,” ujar Kholis menceritakan awal mula pengapuran tulang itu mendera dirinya.

Sebelumnya, Kholis sempat kursus memasak di kawasan Gamping, Bantul. Merasa kakinya makin sulit digerakkan, ia lantas tak melanjutkan kursusnya tersebut. “Di rumah saja, karena ngerasa nggak bisa ngapa-ngapain lagi, kaki susah digerakin,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Lulusan SMK 1 Pengasih, Wates, Kulonprogo ini berkisah, pengapuran tulang yang diidapnya selama tiga tahun belakangan membuat dirinya tak bisa ke mana-mana melainkan hanya di rumah saja. Padahal, Kholis sangat ingin segera sembuh, ingin beraktifitas lagi seperti sediakala. Ia tak pernah menduga pengapuran tulang ini akan menimpa dirinya karena memang tak ada tanda-tanda.

Baca Juga:  Cagub Luluk Siapkan Pengembangan Pendidikan Pesantren Berkualitas di Jatim

“Tiba-tiba aja nggak bisa jalan, kakinya nggak bisa gerak,” kisahnya.

Meski demikian, menurut bibinya Kholis, besar kemungkinan pengapuran tulang yang menimpa keponakannya ini adalah akibat dulu saat SMP pernah jatuh dengan posisi duduk, sehingga tulang ekornya terbentur cukup keras.

“Dulu waktu SMP pernah jatuh mas, dengan posisi duduk. Terbentur keras, tapi boten (tidak) diperiksa, karena dianggap biasa saja, nggak ada apa-apa,” cerita sang bibi.

Kini, Kholis sudah tak bisa lagi untuk sekadar berjalan, bahkan sekalipun dibantu dengan alat penyangga, dirinya tetap kesulitan menggerakkan kedua kakinya. Jangankan berjalan, berdiri pun Kholis tak mampu. Namun, ketika dirinya terpaksa harus berjalan, Kholis meminta bantuan orang lain untuk memasang penyangga jalan tersebut.

“Ini mas penyangga jalan kalau aku terpaksa harus jalan. Ini (penyangga jalan) dipinjamkan tetangga sebelah. Ya, kadang tak paksa jalan pakai ini,” ucap Kholis.

Hingga saat ini, Kholis dan keluarganya masih belum tahu apa obat penyembuh pengapuran tulang yang dideritanya ini. “Sudah diperiksa ke mana-mana mas tapi nggak bisa semua,” ungkap bibinya Kholis.

Baca Juga:  Jawara Hasil Survei, Ponorogo Bisa Jadi Lumbung Suara Khofifah-Emil di Pilgub Jawa Timu

Kholis dan keluarga hanya bisa berharap ada keajaiban datang memberikan kesembuhan pada anak bungsu dari tiga bersaudara ini. “Kasian aku lihatnya mas, dia masih muda, malah koyo ngono (seperti itu/mengidap pengapuran tulang, red). Kalau wes tuo mending, ini iseh muda tenan e mas, mesaake,” keluh Bibi Kholis.

Lebih lanjut, Kholis adalah sosok ceria. Hal ini tampak dari wajahnya ketika didatangi ia melemparkan senyuman manis seolah-olah hendak mengatakan dirinya baik-baik saja. Namun, kisah terasa sedikit pahit usai melihat dan mendengarkan kondisi Kholis yang duduk termangu menatap penuh harap datangnya kesembuhan. Lebih memilukan lagi, Kholis kesulitan untuk sekadar bicara. Ketika diajak bicara, nafasnya terengah-engah dan bicaranya terbata-bata. Bahkan di saat bicara, tak jarang dadanya tiba-tiba sesak sebelum akhirnya melanjutkan pembicaraan.

Tentang sulit bicara ini, Kholis mengakui baru dideritanya setahun belakangan. Sesak di dada itu tampak membuat Kholis sampai menangis karena menahan rasa sakit. “Iki (dada sesak) udah setahun ini mas,” keluhnya.

Baca Juga:  Penyumbang Terbesar, DBHCHT Jawa Timur Layak Ditambah Tahun 2025

Di tengah-tengah obrolan ringan kami, Kholis sempat berharap agar pemerintah dapat membantu dirinya, terutama mengobati pengapuran tulang ini agar dirinya bisa berjalan normal seperti dulu.

“Pemerintah ki koyo ra perduli gitu lho mas, mau berobat ki susah tenan. BPJS aja susah arep (ingin) daftar,” keluh Kholis. (Sego ED)

Related Posts