Berita UtamaMancanegaraTerbaru

Menlu Rusia Desak AS Akhiri Penjarahan Sumber Daya Alam Suriah

Menlu Rusia Desak AS Akhiri Penjarahan Sumber Daya Alam Suriah
Menlu Rusia desak AS akhiri penjarahan sumber daya alam Suriah/Foto: Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov/Sputnik News

NUSANTARANEWS.CO, Moskwa – Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan dengan bahwa dirinya tidak mempercayai mengenai laporan kebangkitan ISIS di Suriah dan Irak. Oleh karena itu, dengan tegas diplomat senior tersebut meminta Amerika Serikat (AS) untuk segera berhenti menjarah kekayaan alam Suriah dan fokus memerangi teroris sebagai gantinya.

“Mengenai ancaman dari ISIS, saya tidak berpikir bahwa mereka telah berkembang secara serius di Irak atau di Suriah. Kedua negara telah mencegah realisasi dan implementasi rencana kekhalifahan yang dirancang oleh kelompok teroris tersebut,” kata Lavrov dalam sebuah konferensi pers pada hari Jumat.

“Kami sangat mendukung pemerintah Irak dalam upaya membesihkan sisa-sisa kantong teroris. Demikian pula hal yang sama dapat kami katakan tentang Suriah,” tambahnya dan menekankan bahwa Rusia secara hukum memberikan dukungan kepada warga Suriah, sementara beberapa negara lain menduduki Suriah dengan dalih memerangi terorisme.

Baca Juga:  Jerman Ultimatum Cina terkait Dugaan Pasokan Drone ke Rusia

Lavrov juga menyampaikan bahwa secara hukum Rusia hadir di Suriah atas permintaan resmi pemerintah Damaskus untuk membantu pasukan keamanan dan tentara negara itu dalam memerangi terorisme, katanya.

“Di Suriah, selain kelompok teroris ISIS, di daftar teratas adalah Hay’at Tahrir al-Sham dan afiliasinya,” terang diplomat top Rusia itu.

Seperti diketahui, AS telah menempatkan pasukan dan peralatan perangnya di timur laut Suriah. Pentagon mengklaim bahwa pengerahan itu bertujuan untuk mencegah ladang minyak di daerah itu agar tidak jatuh ke tangan teroris ISIS. Sementara Damaskus mengatakan bahwa pengerahan itu adalah untuk menjarah sumber daya negara.

Penjarahan tersebut bahkan telah diakui dalam beberapa kesempatan oleh mantan presiden AS Donald Trump bahwa kehadiran pasukan Amerika di Suriah adalah untuk mengambil minyaknya.

Ssetelah gagal menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, pemerintah melalui perang proxy maupun keterlibatan langsung dalam Perang Suriah – Washington kini semakin meningkatkan perang ekonominya di Suriah. Bahkan bulan Juni lalu, AS mulai memberlakukan apa yang disebut Caesar Act untuk menerapkan sanksi terberat yang pernah ada di Suriah dengan dugaan untuk menghancurkan sumber pendapatan bagi pemerintah Suriah yang memang telah hancur ekonominya akbat dilanda perang selama lebih dari satu dekade.

Baca Juga:  Kapal Cepat Sirubondo-Madura di Rintis, Ekonomi Masyarakat Bisa Naik

Bukan minyak saja, bahkan secara tidak manusiawi pasukan pendudukan AS juga mulai menjarah tanaman gandum yang menjadi sumber kebutuhan pokok rakyat Suriah sebagai taktik terbaru untuk menekan pemerintah Suriah. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050