NUSANTARANEWS.CO – Kota Yogyakarta akan menjadi tuan rumah Kongres Kebudayaan Rakyat II tahun 2016, yang akan dihadiri oleh perwakilan Masyarakat Adat seluruh Nusantara. Perhelatan nasional itu diinisiasi oleh MANTRAM (Masyarakat Adat, Seni Tradisi dan Budaya Mataram) bekerjasama dengan Pusat Studi Kebudayaan (PSK) Universitas Gadjah Mada.
Target dari event ini adalah membangun jejaring nasional bagi masyarakat adat serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar membentuk Komisi Nasional (Komnas) Kebudayaan. Demikian hasil audiensi Asisten Keistimewaan Pemda DIY, dengan MANTRAM dan PSK-UGM, bertempat di Gandok Kiwa, Komplek Pemda DIY, di Kepatihan, Selasa (27/9).
Lebih lanjut disampaikan Sekretaris Panitia Kongres, Dewanto Soekarno, kebudayaan dalam forum ini diidealkan sebagai suatu usaha sadar dan rasional untuk mencapai kehidupan yang bermartabat, dibangun dari budi pekerti, akhlak dan moralitas unggul selaku ethos dan virtu yang memimpin perilaku terhormat, mulia, inovatif dan produktif jauh dari hura-hura, hedonisme dan konsumtif pada anak bangsa.
“Sebagai bangsa dengan keragaman suku budaya, kebudayaan dalam forum ini diidealkan sebagai sebuah hutan tropis dengan keragaman flora fauna yang membangun sebuah ekosistem. Konsekuensinya, keragaman ini tidak bisa didekati dengan cara pandang elitis yang hanya melihat dari meja kekuasaan atau hanya dilihat dari atas pesawat. Ia harus dihayati dengan masuk ke dalamnya, menghirup dan menyerap udaranya dengan seluruh dinamikanya secara berkelanjutan,” katanya.
“Itu berarti, dalam semangat yang sama menghargai “lokalitas” yang ada, sedang pengaruh dari luar hanya diadopsi apabila terdapat alasan untuk menyempurnakan keunggulan lokalitas yang kita miliki. Dalam era global yang penuh nafsu penyeragaman, maka memiliki keunggulan lokalitas yang terevitalisasi adalah sebuah kemenangan,” lanjutnya.
Ia menyatakan, ke arah itulah Kongres Kebudayaan Rakyat II Tahun 2016 diarahkan, pada bagaimana kita menangkap kembali kekayaan kebudayaan rakyat yang masih relevan dengan perkembangan jaman dan masyarakat pendukungnya lengkap secara utuh (pelestarian tradisi), atau merevitalisasikannya (inovasi) sejiwa dengan nafas jaman, dan agar mampu memberikan kekuatan perubahan internal kepada rakyat agar tidak tenggelam padasampah kebudayaan global. Menyerap yang perlu dan membuang yang tidak layak untuk pengembangan character building. (Yudi)