NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Penempatan kampanye akbar Partai Demokrat di penghujung masa kampanye di Jawa Timur dinilai pengamat politik sebagai sesuatu hal yang wajar dan memang harus dilakukan oleh partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jika ingin mempertahankan perolehan suara minimal seperti pada pemilu 2014 lalu.
“Pemilu 2019 Partai Demokrat sangat mengandalkan daya juang dan kreativitas para caleg dan tokoh lokal yang dimiliki Partai Demokrat,” ujar Surokim Abdusussalam pengamat politik dari Univeritas Trunojoyo Madura, Senin (15/4/2019).
Menurut Surokim, Jatim adalah basis kekuatan Partai Demokrat secara nasional. Oleh karena itu Agus Harimurti Yudhoyono selaku komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) berulang kali mendatangi wilayah Jatim untuk menyapa masyarakat agar suara Demokrat di Jatim tetap utuh.
“Jatim itu representasi suara nasional Partai Demokrat. Kalau DPP tidak perhatian maka sama saja ikut mendorong Demokrat terjun bebas di Pemilu 2019. Jatim akan jadi pembuktian bagi Demokrat, kalau sampai turun drastis tentu sangat membahayakan bagi Demokrat,” jelas Surokim.
Diakui Surokim, Demokrat bisa bertahan 4 besar di Jatim, adalah target yang sangat realistis. Mengingat, pesaing berat Demokrat di Jatim adalah Partai Golkar dan Partai NasDem.
“Demokrat memiliki tokoh sekelas Pakde Karwo dan Emil Dardak. Saya kira bisa bertahan 4 besar di Jatim itu sudah luar biasa,” dalihnya.
Lebih jauh Dekan FISIB UTM ini menjelaskan Trisula tokoh yang dimiliki Demokrat yakni AHY, Emil Dardak dan Pakde Karwo sebenarnya sangat mumpuni dan sesuai dengan ceruk yang bisa dibidik Demokrat untuk mendulang suara partai yakni swing voter.
“AHY dan Emil itu bisa menjadi representasi pemilih millenial. Sedangkan Pakde Karwo untuk membidik pemilih mapan (baby boomer),” jelasnya.
Sayangnya, formula yang sangat bagus itu kurang didukung oleh situasi politik nasional. Sebab hampir semua parpol peserta pemilu 2019 saat ini hanya berharap coattail effect dari Pilpres.
“Saya kira pilihan Demokrat sudah tepat tidak terlalu vulgar masuk ke ranah Pilpres. Sebab suara Demokrat sendiri terbelah 57 persen ke Prabowo dan 43 persen ke Jokowi, sehingga kalau memilih salah satu bisa rugi sendiri,” tegas Surokim.
Ditambahkan, pemilu 2019 adalah ujian terberat bagi Partai Demokrat dan tak terduga karena coattail effect dari Pilpres yang bersamaan dengan Pileg sulit mereka dapatkan.
“Kunci Partai Demokrat bisa bertahan menjadi partai kelas menengah bergantung pada daya juang dan kreativitas caleg dan tokoh-tokoh lokal yang dimiliki. Khusus Jatim, kalau suara nasional turun, saya kira Jatim masih bisa bertahan berkat tokoh lokal demokrat yang masih mengakar,” pungkas Surokim.
Pewarta: Setya N
Editor: Eriec Dieda