Pamit
Waktu tak pernah menunggu
Sebab itu aku berlari
Secepat cahaya mengejar asaku
Teruntuk yang terkasih
Kurajut mimpi bertemankan doamu
Doakan aku selalu
Ini sebentar
Pergi untuk pulang
Tertanda anakmu
Banyumas, 1 Sreptember 2018
Muka Dua
Terkadang aku tak bisa terima
Percakapan mereka yang terlalu berlebih
Di satu waktu banyak membantu
Tapi lain hari menikam tubuhku
Percakapan itu menusukku
Berbicara di belakang
Sakitnya bereportasi ke hati
Perih sesak bekas tikaman itu
Katanya terngiang
Meleburkan perasaan
Hanya satu pintaku
Semoga Tuhan sembuhkan jiwaku
Purwokerto, 24 Februari 2019
Bercermin
Marilah bercermin kawan
Tiap syair punya sihir
Sadari atau tidak
Marilah kita berfikir
Randu tumbang saat itu
Bukankah sama denganmu
Ini sulit kawan
Ada dianggap tiada
Gerimis kala itu…
Suara Isak tangis disampingmu
Tak dengarkah kau kawan
Yang terluka tak akan kembali sama
Marilah bercermin kawan
Purwokerto, 24 Februari 2019
Jelangkung
Mantra itu sama, masih melegenda
Masih betahkah engkau memainkannya
Datang tak dijemput…,Pulang tak diantar….
Jelangkung…. Jelangkung….
Masih sanggupkah kau mainkannya
Syair itu masih membawa duka
Luka hati seorang manusia
Dendam kesumat yang menjerat
Tiap-tiap hati yang terikat
Duka lara dimainkannya
Jelangkung… Jelangkung…
Datang tak dijemput…,Pulang tak diantar…
Masih sanggupkah kau mendengarnya
Permainan ini bisa jadi pembalasan
Sadarkah kau lidahmu terlalu pahit
Sihir ini masih ada..
Bukan mitos belaka
Jelangkung… Jelangkung…
Purwokerto, 24 Februari 2019
Kerabat Terdekat
Perjalananku tertatih
Sebab badai malam itu menghajarku
Di tempat ini kujumpa denganmu
Senasib seperjuanganku
Tapal batas teritorial negeriku
Memberi aba jauh disana
Mungkin waktu kita sebentar
Selayaknya kapal yang singgah di dermaga
Kuharap kita jadi keluarga
Mungkin nanti kamu pergi
Tapi kuharap kita kan jumpa lagi
Memang hari ini masih bersama
Tapi dekade berikutnya kuharap kau tak lupa
Ombak itu sudah pecah
Senjaku sudah datang
Mari kawan, kita pulang
Purwokerto, 22 Februari 2019
Rengkuhan Tuhan
Hari berganti lalu berlalu
Susah senang pasti datang
Seperti roda yang berputar
Jika hatimu penuh dendam
Segera sembuhkan
Aku hamba hina
Yang menghamba pada Tuhan semesta
Suka dukaku kupasrahkan padaNya
Malam itu…
Menangis ditengah sunyi
Aku mengadu pada Rabbku
Sungguh tenang….
Ia merengkuhku, mengajakku muhassabah diri
Angin malam itu…
Membiskkkan pengampunan Rabbku
Bintang disana menyambut hangat
Malaikat berjajar bermunajat
Memberi pelukan mendoakan
Aku menyambut rengkuhan Tuhan
Purwokerto, 24 Februari 2019
Dyah Titi Sumpenowati, kelahiran Banyumas, 30 Januari 1999. Menyukai sastra dan seni, suka menulis, menyukai musik dan tertarik belajar bahasa Inggris, saat ini menjadi mahasiswa semester 2 di IAIN Purwokerto. Bisa dihubungi via, email: [email protected], [email protected], dts_dyati18, Twitter: dts_dyati18
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]
Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co