Menyapa Senja di Batas Kota, Puisi Silivester Kiik
Kala senja menjerit dalam amukan sang malam
Di batas kota kusapa kepergiannya dengan tragis
Tergurat amanah untuk direnungkan bersama rona manjanya
Namun kegelapan lebih menguasai kedamaian rasa
Hingga terjerumus dalam kesedihan siulan burung malam
Raga ini semakin terombang-ambing dalam ambisi kehampaan ruang
Menekan sukma lebih fokus merefleksikannya dengan rayuan
Sambil membisikkan rindu pada karang-karang yang tajam
Namun tiada senyuman indah menjemputnya dengan tulus
Hanya lambaian semak yang marah dalam keramaiannya sendiri
Aku ingin pulang pada pangkuan romantisme kesendirian
Dengan membawa sejuta kasih dalam kemurnian hati
Mengukirnya pada lembaran polos yang berwarna
Menyimpannya dengan untain doa untuk Tuhan
Biar terkenang selagi napas kehidupan masih berpihak
Atambua, 24 Februari 2019
Kesendirian dalam Menanti kematian senja di Batas Kota Perbatasan (Atambua) – Timor Leste