4,7 Juta Warga Korea Utara Daftarkan Diri Jadi Tentara

Pada 29 Maret 2013 silam, Korea Utara mengadakan parade militer dalam sebuah pertemuan di Kim Il Sung Square di Pyongyang. (Foto: AFP/Getty Images)

Pada 29 Maret 2013 silam, Korea Utara mengadakan parade militer dalam sebuah pertemuan di Kim Il Sung Square di Pyongyang. (Foto: AFP/Getty Images)

NUSANTARANEWS.CO – Surat kabar Korea Utara melaporkan bahwa 4,7 juta siswa dan pekerja telah menyatakan keinginan mereka untuk mendaftarkan diri menjadi tentara negara tersebut, yang sekaligus berpotensi besar menambah jumlah ketenagakerjaan untuk angkatan bersenjata terbesar di dunia.

Sulit memang bagi para analis luar untuk mengukur keakuratan laporan dari koran Rodong Sinmum ini. Tapi, pemerintah Korea Utara dilaporkan telah mengeluarkan klaim serupa pada saat-saat terakhir ketegangan di Semenanjung Korea. Awal musim panas ini, misalnya, surat kabar tersebut juga mengklaim bahwa sekitar 3,5 juta warga Korea Utara telah mendaftarkan diri untuk menjadi tentara Pyongyang menyusul sanksi PBB akibat uji coba rudal dan senjata nuklir sebanyak enam kali.

Korea Utara disebut memiliki jumlah personil angkata bersenjata yang luar biasa besar karena jumlah populasinya yang mencapai 25 juta orang. Departemen Luar Negeri AS memperkirakan bahwa Korea Utara memiliki lebih dari 1,18 juta personil angkatan bersenjata pada tahun 2014 silam, yang sekaligus menjadikannya sebagai negara dengan jumlah tentara terbesar keempat di dunia setelah China (2,37 juta), India (1,41 juta dan Amerika Serikat (1,43 juta).

Dan sebagai perbandingan, militer Irak pada tahun 2003 diperkirakan memiliki 445.000 orang untuk populasi sekitar 26 juta orang.

Konstitusi Korea Utara secara eksplisit menyebutkan bahwa pertahanan nasional adalah tugas tertinggi dan kehormatan bagi warganya. Dan bahwa warga negara diwajibkan melayani angkatan bersenjata oleh UU negara paling terisolasi ini.

Sebuah laporan kongres dari Departemen Pertahanan, seperti dikutip Independent, memperkirakan bahwa 4-5 persen warga Korea Utara bertugas sebagai militer aktif di Tentara Rakyat Korea (KPA), sementara 25-30 persen lainnya ditugaskan ke unit cadangan atau paramiliter dan harus tunduk pada mobilisasi perang.

Tentara Amerika yang pernah bertempur dalam Perang Korea hampir tujuh dekade silam mengakui bahwa tentara Korea Utara sangat laur biasa dalam berperang dan bertekad kuat untuk menang. Namun, laporan Pentagon menyatakan bahwa peralatan perang utama KPA sudah mengalami penuaan karena masih berdasarkan teknologi tahun 1950-an. Dan alutsistanya pun banyak menggunakan desain Uni Soviet atau China.

Kekuatan tentara Korea Utara ini masih dinilai sangat membahayakan bagi Korea Selatan dan AS jika perang benar-benar meletus kendati sebuah klaim menyebutkan pula tak sedikit tentara Korea Utara yang saat ini mengalami kelemahan secara fisik.

Hanya saja, dalam konflik apapun, tentara yang selalu dikerahkan Korea Utara adalah mereka yang dididik secara khusus dan terlatih dengan baik dan jumlahnya diperkirakan sekitar 180 ribu personil militer. Pasukan operasi khusus ini disebut-sebut untuk menyerang fasilitas-fasilitas utama musuh, terutama Korea Selatan.

Lebih lanjut, di era sekarang ini, seiring dengan majunya program rudal Korea Utara, senjata nuklir dan senjata biologisnya, sejumlah artileri besar yang dipamerkannya kepada Korea Selatan, tentara besar Pyongyang masih berhasrat besar pula untuk berperang dan mengadu kekuatan. Para analis menyebut, kondisi inilah menjadi salah satu alasan mengapa AS mengurungkan niat untuk memutuskan tindakan militer menghadapi krisis Korea, terlepas dari ancaman yang berulang kali datang dari pemimpinnya, Kim jong-un. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Exit mobile version