Peristiwa

2 September 1945, Awal Harapan Dunia Tanpa Pembantaian

NUSANTARANEWS.CO – Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan. Perdamaian dunia memenuhi harapan segenap bangsa di penjuru dunia. Dimana situasi internasional berada dalam lingkaran Perang Dunia II.

Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peristiwa dijatuhkannya bom atom Amerika Serikat di kota Hiroshima dan kota Nagasaki, Jepang pada tanggal 6 dan 7 Agustus 1945. Ratusan ribu rakyat di dua kota tersebut tewas. Dunia mencatatnya sebagai pembantaian biadab dalam masa perang dunia II.

Jepang lumpuh dan satu-satunya pilihan adalah menyerah pada sekutu. Mula-mula Jepang bersikeras bertahan. Namun Akhirnya bendera putih secara resmi dikibarkan.

Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 2 September 1945. Enam tahun berlangsungnya Perang Dunia II pun berakhir pasca Jepang menyatakan hitam di atas putih penyerahan diri tanpa syarat pada pihak Sekutu dengan seremoni penyerahan di atas kapal perang USS Missouri yang berlabuh di Tokyo Bay (Teluk Tokyo). Peristiwa ini pun menandai berakhirnya Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik yang telah menelan jutaan nyawa dan harta benda.

Baca Juga:  Kekeringan Panjang, Naufal Alghifary Beber Banyak Desa di Pasuruan Butuh Air Bersih

Dalam acara penyerahan tersebut, Jepang mengutus Menteri Luar Negeri yang masih baru, Mamoru Shigemitsu. Sementara penerima penghormatan penyerahan untuk menandatangani surat penyerahan diri Jepang adalah Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu Jenderal Douglas MacArthur, di hadapan 50 Jenderal pasukan sekutu dan pejabat berwenang lainnya.

Pasca penandatanganan dokumen perjanjian, sebanyak 42 kapal Amerika memasuki Teluk Tokyo dan menerjunkan 13 ribu pasukan mereka. Jenderal Douglas MacArthur seketika itu juga mengintruksikan para pejabat yang ada di dek kapal perang untuk segera memenuhi segala persyaratan atau ketentuan penyerahan sepenuhnya, segera dan setia.

“Ini adalah harapan saya dan tentu saja harapan semua orang. Saya berharap dari peristiwa ini akan tercipta dunia yang lebih baik dan terhindar dari pembantaian masa lalu, sebuah dunia yang dibangun berdasarkan keyakinan dan pemahaman. Sebuah dunia yang ditujukan bagi pria bermartabat dan pemenuhan keinginan yang paling dihargai atas kebebasan, toleransi dan keadilan,” ujar MacArthur seperti dilansir kantor berita BBC beberapa tahun silam.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Pimpin Upacara Hari Pahlawan Tahun 2025

Disamping itu, MacArthur sempat menyinggung serangan bom nuklir di kota Hiroshima dan Nagasaki di sela-sela acara itu. “Mereka telah mengubah konsep perang tradisional,” ujarnya sembari menyatakan bahwa, dunia memiliki kesempatan terakhir. Jika kesempatan itu tidak digunakan, lanjutnya, maka kiamat akan segera terlihat.

Di lain pihak, Perdana Menteri Jepang, Pangeran Higashi Kuni, menyiarkan sebuah permohonan kepada masyarakat untuk mematuhi ketentuan penyerahan tersebut. Dia mengatakan, Jepang harus menghadapi kekalahannya dengan jujur bahkan “mengalami penderitaan yang tak tertahankan” ketika mematuhi proklamasi yang disampaikan oleh Kaisar.

Pernyataan kalah Jepang disambut baik oleh Marsekal Joseph Stalin dari Uni Soviet. Sebab di bawah ketentuan perjanjian, pulau yang tengah disengketakan, Sakhalin dan Kurile akan diserahkan tangan Soviet. Pulau itu berada di bawah kekuasaan Jepang sejak perang antara Negeri Sakura dan Rusia tahun 1904 lalu.

Sementara untuk pasukan Jepang yang masih bercokol di wilayah lain seperti Asia Tenggara, menyerah pada 12 September 1945. Penandatangannya dilakukan di Singapura. (Sulaiman/dari berbagai sumber)

Related Posts

1 of 2