Indonesia Tidak Boleh Menjadi Negara Gagal Dalam Globalisasi Gelombang III

Rakornas Pergerakan Kebangsaan/Foto: Dok. Nusantaranews.co

Rakornas Pergerakan Kebangsaan/Foto: Dok. Nusantaranews.co

NUSANTARANEWS.CO Koordinator Komunitas Politik, Sudaryanto mengingatkan kepada semua pihak bahwa ketika Globalisasi Gelombang Ke II berakhir, menjadikan situasi dunia berada dalam Situasi Batas. Kebuntuan terjadi di mana-mana, termasuk kebuntuan ilmu-ilmu sosial dalam membedah permasalahan untuk mencari dan menemukan solusi. Krisis global dalam dasawarsa terakhir ini, tidak lain adalah merupakan demam akibat Situasi Batas tersebut

Menyadari akan kondisi global yang masuk Situasi Batas tersebut, PK sebagai komunitas politik menyiapkan diri untuk menjadi juru bicara zaman baru, menggugah segenap elemen bangsa Indonesia untuk menyadari dua pilihan ekstrim, Indonesia bangkit menjadi salah satu pemain utama di Pasifik, atau tenggelam sama sekali ditelan Globalisasi Gelombang III – dan tidak ada pilihan ke tiga.

Baca: Rakornas II, Pergerakan Kebangsaan Menjawab Tantangan Zaman Baru

Menyadari Situasi Batas yang masih panjang tersebut, boleh jadi masih satu dekade lagi, Sudaryanto mengingatkan kepada seluruh elemen bangsa Indonesia untuk belajar dari pengalaman ketika memasuki Globalisasi Gelombang Ke II, di mana Indonesia termasuk kategori bangsa dan negara yang gagal memanfaatkan globalisasi, dibandingkan negara tetangga seperti Cina, Rusia, Malaysia dan Singapura yang mampu memanfaatkan globalisasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Menurut Sudaryanto, Jerman adalah negara yang paling siap menghadapi zaman baru. Tanda-tanda itu misalnya dengan kebijakan pemerintah yang akan menerapkan peraturan ketat dalam penggunaan kendaraan bermotor pada 2030, di mana semua mobil yang dijual di Jerman harus bebas emisi. Artinya, rezim BBM sudah tidak mendapat tempat lagi di zaman baru.

Sebagai informasi, Kanselir Jerman, Angela Merkel berjanji akan memberikan subsidi untuk mempercepat penjualan mobil listrik mulai tahun ini. Dengan dengan begitu, diharapkan akan memicu penjualan sekitar 500 ribu mobil listrik pada 2020.

Masih menurut Sudaryanto, bahwa bangsa Indonesia tidak boleh gagap dalam memasuki zaman baru. Justru sebagai bangsa, kita wajib menyiapkan diri menyongsongnya meski sosok politik, ekonomi, dan tatanan internasional zaman baru tersebut belum hadir. Misalnya, apakah demokrasi one man one vote masih relevan di zaman baru. Lalu bagaimana peran partai politik ketika one man one vote sudah tidak mendapat tempat.

Brexit boleh jadi merupakan cerminan rakyat Inggris yang tidak memerlukan partai politik ketika ingin memutuskan kepentingan mereka. Bahkan ke depan, kelas menengah mungkin sudah tidak ada lagi. Coba perhatikan di Amerika, sekarang ini 49% Mal sudah tutup. Tapi Jeff Bezos, pengusaha online Amazone.Com tampil menjadi orang terkaya ketiga di Amerika.(Banyu)

Baca Juga: Jeff Bezos Menjadi Orang Super Kaya Ketiga Versi Majalah Forbes

Exit mobile version