Puisi Abdul Wachid B.S.
DZIKIR PARA PELUPA
tidak terasa ramadhan akan pergi lagi
dari rumah hatiku yang
kotor dan nestapa
padahal dia belum selesai mengurai
bagaimana menata perabotan
rumah dan tanggatangga
menuju surga yang
bertambah hari kian kusaksikan ada
sepuluh hari pertama dia begitu berat
menuntun keakuanku yang
berkarat dari khianat ke khianat yang
tahu tetapi memegahkan pura-
pura ketidaktahuan berjalan
mata tanpa nurani di setiap jalan
di setiap peristiwa ditegangkan oleh cemas
bom waktu itu semoga tidak meledakkan ruang
sepuluh hari kedua dia begitu tersengat
melihat ketubuhanku yang
tidak kuasa menahan syahwat
siang menahan makan minum
tetapi malam memanjakan diri
kenikmatan duniawi
menjadikan lidah menjulur
syahwat meliur sampai sahur
bom waktu semoga tidak meledakkan diri
pintupintu itu bukan saja bisa menutup
tetapi pintupintu bahkan sudah hancur
bagaimana manusiapergi akan kembali?
sepuluh hari ketiga dia masih berharap
keajaiban kisah musa dan bani israil
dalam barisan pendoa ada yang menggigil
harapharap cemas semoga shalawat masih memanggil
ya allah bihaa ya allah bihaa
ya allah bikhusnul khatimah
sebelum tubuh
berkalang tanah
purbalingga, 4 juli 2016
IDUL FITRI
di akhir ramadhan ini
ingin kutuliskan puisi
kembalinya hati kepada yang fitri
kembalinya seorang anak kepada ibu bapak
kembalinya kota kepada kampung halaman
kembalinya hidup kepada ziarah
kembalinya kepalan tangan kepada salaman
kembalinya mata beringas kepada ciumtangan
kembalinya harta kepada pemberian
kembalinya dunia kepada kasih sayang
kembalinya cinta
kepada hatinurani
di akhir ramadhan ini
ingin kutuliskan puisi
tetapi di langit beribu bulan
telah tertuliskan dengan tinta cahaya
idul fitri adalah puisi yang
ditulis sendiri oleh allah
di semesta hati manusia kita
purbalingga, 5 juli 2016
SEPENINGGAL IBU
kusapa perempuan di jalannya
tidak sebagai kemarin : mata
bunga biru kehijauan
lengkung alis rembulan limabelasan
mancung hidung mancung dada membusung
pinggang menari dipegang kendali
kuda betina dipacu di padang gelanggang
kusapa perempuan sebagai matahari
terbit ke esok hari : cahaya
menembus jendela kamar
pandang ke cakrawala dengan sabar
harapan dan doadoa yang
tidak berkesudahan
memang indah tubuh
tetapi megah ruh
akan tiada henti menari
hingga megatruh
sekalipun matahari terasa senja di jalannya
matahari toh akan tenggelam di hari rabu
seperti lingsirnya nenekmoyangku : di jalanku
kusapa setiap perempuan sebagai ibu
yogyakarta, 2 januari 2016
Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan sekarang sedang studi Program Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo.
Buku-buku karya Achid : (1) Buku puisi, Rumah Cahaya (1995). (2) Buku esai, Sastra Melawan Slogan (2000). (3) Buku kajian sastra, Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (2002). (4) Buku puisi, Ijinkan Aku Mencintaimu (2002). (5) Buku puisi, Tunjammu Kekasih (2003). (6) Buku puisi, Beribu Rindu Kekasihku (2004). (7) Buku kajian sastra, Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri (2005). (8) Buku esai, Sastra Pencerahan (2005). (9) Buku kajian sastra dan tasawuf, Gandrung Cinta (2008). (10) Buku kajian sastra, Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron(2009). (11) Buku puisi, Yang (2011). (12) Buku puisi, Kepayang (2012). (13) Buku puisi, Hyang (2014).
Website: www.wachid.8m.com; E-mail: [email protected] dan [email protected]; Twitter @abdulwachidbs; Facebook: www.facebook.com/abdulwachidbs
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].