Mancanegara

Di Balik Sanksi AS Terhadap Rusia

Dlam KTT G20 Hamburg/sputnik
Dlam KTT G20 Hamburg/sputnik

NUSANTARANEWS.CO – Sanksi baru AS terhadap Rusia, secara langsung telah berdampak kepada kerjasama bidang energi Rusia dan Uni Eropa. Bahwa sanksi ekonmi AS pada gilirannya akan mendorong perselisihan antara Brussels dan Washington.

Belakangan, meski AS telah bertindak terlalu jauh, Eropa diam saja, karena sanksi AS belum mempengaruhi kepentingan perusahaan-perusahaan Eropa. Namun ketika sampai pada kepentingan bisnis mereka, orang-orang Eropa mulai mengekspresikan kritik mereka. Bahwa sanksi Amerika cenderung memiliki efek sebaliknya. AS tampaknya ingin memaksa Eropa yang sudah melemah untuk membeli sumber energi yang lebih mahal, padahal pemasok minyak dan gas murah yang berlimpah sudah tersedia di ambang pintu timurnya bersama Rusia.

Seperti diketahui, pada tanggal 2 Agustus, Presiden AS Donald Trump menandatangani sebuah RUU yang memberlakukan sanksi sweeping terhadap Rusia, Iran dan Korea Utara. Secara khusus, sanksi anti-Rusia menargetkan sektor pertahanan dan ekonomi negara tersebut, membatasi hubungan dengan bank-bank Rusia dan perusahaan energi, serta menangkal pembangunan pipa Nord Stream 2.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Pada saat yang sama, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa proyek pipa gas Nord Stream-2 akan dilaksanakan tepat waktu, terlepas dari sanksi baru AS yang diperluas terhadap Rusia.

Dengan mempertimbangkan fakta bahwa negara-negara Eropa lebih tertarik dengan pasokan gas dari Rusia, termasuk melalui jalur pipa Nord Stream 2, dan dengan peningkatan volume konsumsi Eropa dan penurunan volume produksinya, kami yakin bahwa proyek tersebut Akan dilaksanakan tepat waktu. Setidaknya untuk hari ini implementasinya sedang berlangsung, kata Novak.

Menurut Meilhan, “Amerika selalu berusaha melemahkan hubungan antara Eropa dan Rusia. Tiga puluh tahun yang lalu, Presiden Ronald Reagan mencoba mencegah pembangunan jaringan pipa gas Soviet ke Eropa,” kenangnya. Namun, Rusia tetap menjadi pemasok utama gas dan minyak ke Eropa, katanya

“Rusia akan tetap menjadi pemasok utama Eropa di masa depan. Beberapa orang Amerika berpikir bahwa gas AS akan dapat memaksa gas Rusia keluar dari pasar Eropa, tapi bukan itu masalahnya,” kata Meilhan.

Baca Juga:  Inggris Memasuki Perekonomian 'Mode Perang'

Gazprom dan mitra Eropa-nya saat ini sedang mengerjakan dua proyek pipa, Nord Stream 2 dan Turkish Stream. Pipa-pipa itu telah dilunasi dan sebagian besar pekerjaan persiapan telah dilakukan, namun jaringan pipa masih harus diletakkan.

Sanksi baru AS ditentang oleh Komisi Eropa dan negara-negara anggota UE seperti Jerman. Memang faktanya, dibalik sanksi AS terhadap Rusia adalah tentang perang dagang. Sanksi ini dibuat adalah untuk melindungi pasar dan produsen AS dengan segala cara yang ada. Dengan kata lain, AS memaksa orang Eropa untuk membeli gas LNG Amerika yang lebih mahal. Hal ini dilakukan Presiden Trump guna menciptakan 25 juta lapangan pekerjaan di Amerika sesuai dengan janji kampanyenya, termasuk memperkuat sektor energi. Sementara di Eropa, gerutuan diam telah berubah menjadi kemarahan.(Banyu)

Related Posts

1 of 8