Zuhairi Misrawi: Sistem Khilafah Berakhir Sejak Runtuhnya Turki Ustmani

Zuhairi Misrawi isi Seminar Kebangsaan PC GP Ansor Jakarta Timur/Foto Sulaiman/Nusantaranews

Zuhairi Misrawi isi Seminar Kebangsaan PC GP Ansor Jakarta Timur/Foto Sulaiman/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Direktur Muslim Moderate Society Zuhairi Misrawi menilai bahwa sesungguhnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bukan hal baru di Indonesia. Menurutnya, masuknya gerakan Hizbut Tahris sendiri ke Indonesia sudah berlangsung cukup lama, sekitar medio 1980an.

“HTI sudah tumbuh sejak tahun 2000. Bahkan sejak tahun 1983an sampai 1984an. HTI dibawa oleh orang Yordania. Yang berkembang hingga sekarang,” ujar Zuhairi saat isi acara seminar kebangsaan bertajuk Pembubaran HTI dan Amanat Konstitusi Kita, di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (10/7/2017).

Bagi Zuhairi, masyarakat perlu cemas dan berhati-hati dengan adanya HTI. Ada beberapa hal menurutnya mengapa HTI perlu diwaspadai. Diantaranya kata dia, cara pandang HTI dalam melihat orang lain yang tidak pro khilafah dianggap kafir.

Paradigma semacam itu lanjut Zuhairi salah kaprah. “Kenapa kita cemas dengan HTI. Karena, HTI mengklaim bahwa yang tidak pro khilafah tidak benar. Tapi benarkah khilafah termasuk rukun Islam atau rukun iman. Klaim itulah yang mengkhawatirkan dan perlu mewaspadai hadirnya HTI,” terangnya.

Dirinya juga mempertanyakan, apakah sistem Khilafah merupakan sistem modern di Islam atau sistem yang bisa diterapkan di masyarakat. Untuk itu, kata Zuhairi, sesungguhnya wacana Khilafah telah berakhir sejak runtuhnya sistem Khilafah di Turki (Turki Usmani).

“Akar HTI adalah Ikhwanul Muslimin yang kemudian berkembang hingga sekarang. Padahal mereka sendiri sudah menilai bahwa Khilafah tak mungkin lagi bisa diterapkan hari ini,” terangnya. (*)

Pewarta/Editor: Romandhon

Exit mobile version