Puisi Arif Tunjung Pradana
Tukang Becak
Aku melihat tukang becak di akar lampu merah sudut kota jogja; menunggu penumpang. Dan tapak-tapak kaki tukang becak lain terus beterbangan di sekitar kepalanya. Mengerlipkan mimpi anak dengan kepulan asap tungku dapur. Istrinya terlanjur menangis memasak tagihan-tagihan di pagi hari.
Di Lahan Kering Dataran Rendah
Kota dipenuhi dengan lahan kering dengan jelaga mengatung-ngatung pada gedung tinggi perkantoran. Para pekerja sibuk mengganti jelaga lama dengan jelaga baru yang lebih tebal, saling tumpang tindih disertai diskonan harga.
Pada dataran rendah, jelata sibuk memungut jelaga lama untuk sumber kehidupan esok. Sikut mereka saling bersahutan dengan irama kebencian. Mereka merancau; kacau dengan muka legam bekas sikutan.
Arif Tunjung Pradana, lahir pada tanggal 16 Juli 1997. Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi Bahasa Indonesia.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com