TNI Tingkatkan Hasil Tani Masyarakat dengan Roter, Roma, dan Rotan

Anggota Babinsa Koramil Sampung, Kodim 0802/Ponorogo, Sertu Pamuji memberikan penyuluhan cara membuat pupuk organik. Foto: timpen81

Anggota Babinsa Koramil Sampung, Kodim 0802/Ponorogo, Sertu Pamuji memberikan penyuluhan cara membuat pupuk organik. Foto: timpen81

NUSANTARANEWS.CO, Ponorogo – Internasional Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2015 membuat perkiraan bahwa, untuk setiap 100 kg pupuk nitrogen ditebarkan di lahan pertanian, satu kg berakhir di atmosfer sebagai nitrous oksida (N2O), gas yang 300 kali lebih kuat daripada CO2 sebagai rumah kaca gas dan zat perusak ozon yang paling signifikan di dunia.

Bahkan, IPCC juga memperkirakan pada tahun 2014, akibat dari pupuk nitrogen setara dengan emisi tahunan rata-rata dari 72 juta mobil yang dikendarai di AS. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan, pupuk kimia ketika diproduksi dan digunakan oleh petani ternyata menyebabkan pemanasan global yang signifikan. Atas dasar itu, pupuk kimia dinilai sebagai penyumbang emisi terbesar di dunia.

Mengapa demikian, sebab pupuk kimia yang digunakan petani membuat nitrogen alami di tanah yang tersedia bagi tanaman menjadi hancur. Tanahpun menjadi kecanduan terhadap pupupk kimia. Sementara petani tidak boleh tidak mesti menggunakan pupuk lebih banyak setiap tahun untuk mempertahankan hasil.

Ilmuwan tanah Charlie Boast dari University of Illinois menilai bahwa dalam berbagai publikasi selama lebih dari 100 tahun dan berbagai praktek tanam dan pengolahan tanah, kami menemukan bukti yang konsisten dari penurunan karbon organik untuk tanah yang dipupuk kimia di seluruh dunia.

Tanah di seluruh dunia telah kehilangan, rata-rata, setidaknya 1-2 poin persentase dari lapisan teratas bahan organik sejak pupuk kimia mulai digunakan. Jumlah ini sekitar 150,000-205,000 juta ton bahan organik, yang telah menghasilkan 220,000-330,000 juta ton CO2 terlepas ke udara atau 30% dari kelebihan CO2 saat ini di atmosfer.

Karena itu, dalam penelitian disebutkan jika penghapusan pupuk kimia adalah salah satu cara termudah dan paling efektif. Sebab, memotong pupuk kimia bisa mengurangi emisi rumah kaca global tahunan sebanyak 10%. Selain itu, pergeseran dari pupuk kimia ke praktek agro-ekologi akan memungkinkan petani untuk membangun kembali bahan organik dalam tanah di dunia, dan dengan demikian menangkap dua pertiga, bahkan lebih, dari CO2 di atmosfer dalam 50 tahun.

Disamping itu, penggunaan pupuk organik juga memberi manfaat bagi para petani, yakni penghidupan yang lebih baik, makanan lebih bergizi, perlindungan lapisan ozon dan sistem air bersih.

Terkait dengan hal tersbeut, terdapat fenomena menarik yang dilakukan oleh Kodim 0802/Ponorogo bersama Satgas TMMD ke-99 tahun 2017. Yaitu program penyuluhan di bidang pertanian dengan mensosialisasikan cara pembuatan pupuk organik kepada para petani, di desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Rabu (12/7/17) lalu.

Anggota Babinsa Koramil Sampung, Kodim 0802/Ponorogo, Sertu Pamuji, memaparkan kepara puluhan warga cara membuat pupuk organik dari bahan buah-buahan seperti pepaya, semangka, nanas, jagung dan sejumlah buah maupun sayur-mayur lainnya. Bahan-bahan tersebut dibuat pupuk berupa ramuan organik ternak, ramuan organik Hama, dan ramuan organik tanaman.

Cara membuat Ramuan organik ternak (Roter), kata Pamuji, pertama buatlah permantasi campuran rumput, jagung dan jerami yang sudah dicincang dicampur dengan Roter secara rata. Lalu diaduk-aduk dan peramlah selama 14 hari di dalam plastik tanpa terkena udara. Hasilnya bisa disajikan untuk ternak dan sisanya bisa disimpan sampai 6 bulan dengan cara ditutup rapat lagi. “Roter ini cocok untuk penggemukan sapi atau kambing,” terang Pamuji.

Sedangkan untuk pembuatan ramuan organik hama (Roma), bahanya yaitu pinang ditumbuk, bahan lainnya seperti daun sirih, daun sirsak, serai, bawang putih, cabe rawit merah dan tembakau di blender serta tambahkan air. Kemudian fermentasikan selama sehari semalam.

“Roma ini kegunaannya untuk membunuh ulat, wereng, walangsangit dan kupu kupu perusak tanaman. Caranya disemprotkan dengan takaran satu tengki satu gelas mineral dicampur air. Waktu penyemprotan yang bagus di pagi hari sama di sore hari sama dengan perlakuan pestisida yang dijual di toko pertanian”, katanya.

Pamuji menambahkan, untuk membuat ramuan organik tanaman (Rotan), ambillah pepaya, semangka, pisang, mangga, kacang panjang, jagung, nanas, air kelapa, gula merah, usus ikan dan ragi. Ambil pula peralatan berupa blender, jerigen dan baskom. Semua bahan itu dimasukkan ke dalam jerigen dan difermentasikan selama 14 hari.

“Kegunaannya untuk menyumburkan tanah yang sudah tidak subur atau kurang subur dengan cara, tanah yang belum dibajak jeraminya dipotong tapi jangang dibuang. Biarkan berserakan di tanah, setelah itu disemprot dengan Rotan setelah itu baru di bajak. 7 hari setelah dibajak lalukanlah penyemprotan ulang secara merata,” terang Pamuji.

Dengan penyuluhan pertanian dan cara pembuatan pupuk organik ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Sehingga hasil panen nantinya dapat maksimal dan dapat meningkatkan kesehjahtraan masyarakat. (timpen81)

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Exit mobile version