NUSANTARANEWS.CO – Tak disangka, ternyata Cina kini merupakan negara yang membangun infrastruktur sumber energi alternatif atau energi terbarukan secara besar-besaran. Bahkan negara ini akan memimpin dunia dalam hal infrastruktur energi bersih.
Penggunaan sumber-sumber energi alternatif seharusnya semakin hari harus terus digalakkan, sebab energi fosil tentu akan terus tergerus dan habis. Pun untuk regenerasi energi dipercaya membutuhkan waktu ratusan tahun atau bahkan lebih.
Listrik yang selama ini dipakai untuk menunjang aktivitas sehari-hari mulai banyak ditemukan dan diperoleh lewat pemanfaatan tenaga angin, panas matahari, panas bumi, hingga pengolahan dari limbah hijau. Di tengah pengembangan energi terbarukan, tak terkecuali Cina terus mengerjakan penggunaan energi terbarukan itu.
Kantor berita Reuters melaporkan pada 5 Januari 2017, bahwa pemerintah Cina telah mengucurkan dana fantastis sebesar US$361 miliar untuk membangun infrastruktur energi terbarukan dengan target selesai pada 2020 mendatang. Catatan Cina soal produksi listrik dari energi terbarukan memang terbilang mentereng.
Sementara itu, kantor berita Xinhua melaporkan, pada 2015, Cina telah menjadi penghasil listrik fotovoltaik terbesar di dunia dengan menorehkan kapasitas listrik 43 gigawatt. Fotovoltaik adalah mengaplikasikan panel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi energi listrik.
Cina memang sedang serius menggarap energi terbarukan untuk memasok kebutuhan listrik rakyatnya, terlebih di era digital sekarang ini. Energi terbarukan yang juga disebut energi hijau memang diklaim lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah Cina yang menginginkan pembatasan energi berbahan fosil, juga tren pasar energi dunia yang terus bergeser mengurangi bahan bakar fosil.
Sebab, terkait energi fosil itu, Cina tengah diterpa masalah polusi udara yang akut. Salah satunya adalah keberadaan pembangkit listrik tenaga batubara yang masuk dalam kategori energi fosil dan tidak ramah lingkungan karena menyisakan limbah pembakaran.
Bahkan kantor berita The Guardian mengatakan melalui peneliti asal Cina, Qiao Ma, bahwa polusi itu akibat dari pabrik-pabrik dan pembangkit listrik tenaga batubara yang telah merenggut setidaknya 366.000 populasi Cina pada 2013 silam.
Jenis energi terbarukan dengan pemanfaatan cahaya panas matahari memang menghasilkan produksi listrik terbanyak dibanding jenis energi terbarukan lainnya. Maka dari itu wajar bila pencapaian produksi listrik 43 megawatt tahun 2015 setara dengan 22,5 persen dari total energi listrik fotovoltaik seluruh dunia.
Kantor berita Fortune menyebutkan, panel-panel surya di Cina mayoritas dipasang di hamparan tanah daerah terpencil yang disusun menjadi seperti sebuah peternakan penangkap cahaya panas matahari.
Administrasi Energi Nasional Cina pernah mengatakan, dari total 28,05 gigawatt listrik yang dihasilkan pada akhir 2014 lalu, sebanyak 23,38 gigawatt berasal dari instalasi panel surya di hamparan tanah itu.
Komisi Nasional Pembangunan dan Reformasi di Cina memberi rincian terkait estimasi alokasi pendanaan infrastruktur energi terbarukan miliaran dollar tersebut. Sektor tenaga surya akan menerima gelontoran dana sebesar 1 miliar yuan, 700 miliar yuan untuk keperluan tenaga angin, 500 miliar yuan untuk pembangkit listrik tenaga air. Sisanya untuk pembangkit listrik dari pasang surut air laut dan panas bumi.
Pihak Administrasi Energi Nasional memaparkan dalam dokumen cetak biru, investasi ini akan menciptakan lebih dari 13 juta pekerjaan dalam rentang tahun 2016 hingga terpenuhinya target pada tahun 2020. (Andika)