BALADA TAHU TEMPE
tahu menangis tempe menjerit
siapa tak iba melihat isak dan tetes airmatanya
jarak telah menjauhkan mereka dari kerinduan
yang dalam bertebaran di rumah-rumah kardus
di sela-sela kaki-kaki loteng
di segenap rumah anak negeri
andai ia balado
tentu pedasnya bisa menyengat dunia
tapi ia balada
lagu tanpa birama
menyayat di batang dada
oi, ini negeri protein
darah dan hidup kami menyatu
di tubuh tahu dan tempe
siapa menjauhkan kami hingga rindu ini
terkapar di bulir-bulir kedelai
2013
TEMUI AKU DI PUISI
Jika di peta susah kau baca
maka temuilah aku di puisi
di ladang kata itu aku menanam pagi
agar di siangmu menjadi taman dan bangku
lalu kita berfoto di situ
tak boleh kata menumpukkan pikiran
menumpulkan perasaan
tak boleh pikiran mengalirkan sebentuk gundah
hingga bayangku terhapus lagi di petamu
susah lagi kita membangun pertemuan
jadi cinta tak lebih dari garis linear
lalu membentuk lengkung di puncaknya
kita namai break even asmara
setelahnya kita tak perlu kucing-kucingan
kau membaca aku
dan aku mencarimu karena marjin kita
sudah terukur
2017
Budhi Wiryawan lahir di Bantul. Menulis puisi, cerpen, esai, opini, cerkak dan geguritan. Buku puisi tunggalnya “Sripah” terbit tahun 2009. Beberapa puisinya terkumpul di puluhan buku antologi bersama. Saat ini berkhidmat di Jaring Budaya Yogyakarta dan PSK UGM.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.