TB Hasanuddin: Pancasila Bukan Komunisme, Sosialisme, dan Liberalisme

Ilustrasi/NUSANTARANEWS.CO

NUSANTARANEWS.COTB Hasanuddin mengatakan Pancasila Bukan Komunisme, Sosialisme, dan Liberalisme. Pemikiran founding father Soekarno untuk menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara bila dijalankan dengan benar sesuai perintah pembukaan UUD 1945, maka diyakini pasti mampu menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang baik, adil dan makmur.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) TB Hasanuddin menjelaskan, ideologi Pancasila berbeda dengan paham yang dianut oleh negara lain, seperti liberalisme, komunisme, dan sosialisme. Bung Karno menggali ideologi Pancasila dari kearifan lokal dan dari kultur asli masyarakat Indonesia.

Ideologi Pancasila bersumber dari budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri, kemudian disublimasikan menjadi suatu prinsip hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi bangsa Indonesia. Dengan pedoman hidup ideologi Pancasila maka akan membawa Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan bersatu dalam bingkai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an.

“Buktinya, dengan adanya ideologi Pancasila, keragaman di Indonesia, dari suku, agama, dan budaya tetap terjaga dan harmonis, karena sumber-sumber yang ada di dalam Pancasila memang terkandung nilai-nilai kultural dan religius. Oleh karena itu, terdapat kesesuaian dan korelasi yang sangat kuat antara bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai sebuah sistem kehidupan berbangsa dan bernegara,” paparnya.

Dengan demikian, fakta perbedaan ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya semakin jelas. Misalnya, dalam aspek politik dan hukum, Pancasila menjunjung tinggi keadilan dan keberadaan individu dan masyarakat. Sementara itu, dari aspek ekonomi, Ideologi Pancasila, menekankan pentingnya kehadiran peran negara agar tidak terjadi monopoli dan lain-lain yang merugikan rakyat.

Negara bertugas mensejahtrakan rakyatnya tetapi tetap memberi ruang bagi masyarakat untuk ikut aktif dalam menjalankan usaha-usaha ekonomi, tetapi di luar usaha-usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak sebagaimana dijelaskan Pasal 33 UUD 1945.

Dalam konteks keberagamaan, TB Hasanuddin menegaskan bahwa ideologi Pancasila memberi kebebasan masyarakat untuk memilih agamanya. Nilai-nilai agama yang universal harus menjadi perekat yang menjadi jiwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam pengertian budaya bisa diartikan bahwa semua orang bebas memeluk agamanya masing-masing. Tapi, meski berbeda-beda keyakinan tetap harus saling menghormati satu sama lain,” kata TB Hasanuddin.

Melihat fakta itu, lanjut TB Hasanuddin, tak heran jika PDIP sejak awal sudah menjadikan Pancasila sebagai ideologi partai. “AD/ART PDIP mengandung nilai-nilai juang, gerak dan nafas kehidupan partai yang selalu bersumber pada Pancasila. Bahkan, PDI Perjuangan adalah partai pertama yang menyerukan agar pemerintah menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.

Dengan diresmikannya 1 Juni sebagai hari kelahiran Pancasila oleh pemerintah, TB Hasanuddin mengajak masyarakat untuk memahami Pancasila secara sungguh-sungguh.”Yakini dan jadikanlah Pancasila sebagai pedoman hidup sehari hari dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menuju kehidupan yang lebih baik,” pungkas TB Hasanuddin. (Restu F)

Exit mobile version