NUSANTARANEWS.CO – Masa depan Indonesia berada di tangan anak-anak muda masa kini, sebagai penerus estafet perjuangan para pemimpin pendahulu maupun yang sedang memimpin sekarang. Para pemuda, termasuk santri, baik di kota maupun di desa, kini sudah hampir merata melek dunia maya. Dimana seluruh informasi tumpang tindih, yang jika tanpa memiliki fondasi yang kuat bisa terjerumus ke dalam pikiran sesuai penggiringan opini yang dilakukan media.
Ditambah lagi meningkatnya kecanggihan telpon genggam (smartphone). Kendati memiliki dampak positif, hal-hal negatif ada di dalamnya. Sehingga wajar, bila ada yang secara sinis mengatakan, Indonesia sedang dilanda pendangkalan peradaban bangsanya. Ada benarnya anggapan tersebut. Asumsinya, jika para kaum pendidik dan terdidik sudah beralih ke smartphone untuk membaca atau menggali sumber pengetahuan, maka secara tidak langsung pendangkalan ilmu pengetahuan sedang terjadi.
Di samping itu, Indonesia sedang berjalan pelan-pelan dengan sekian persoalan yang dijinjingnya. Mana mungkin indondesia bisa mengejar ketertinggalan. Kemungkinan besar, upaya untuk mencapai yang disebut dengan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, butuh waktu yang masih lama lagi. Kompleksitas persoalan kebangsaan, bukan suatu yang baru di tanah air. Itu sudah menjadi bagian dari terseok-seoknya negara ini maju ke masa depan.
Lantas apa yang dimaksud masa depan Indonesia?. Tak lain dan tak bukan adalah kesejahteraan dan keadilan. Dimana kemiskinan dan pengangguran berkurang besar-besaran. Anak-anak muda Indonesia menjadi elemen bangsa yang kreatif dan produktif. Sehingga dapat mendukung gerak cepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Barangkali benar, sebait sajak dalam “Maskumambang” yang ditulis-bacakan oleh penyair berjuluk Burung Merak alias W.S Rrendra. Dalam sajak Maskumambang yang ditulis akhir tahun 90-an berbunyi: “kami tidak mampu membuat rencana menghadapi masa depan,/ karena kami tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa lalu/ dan tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa kini/ maka rencana masa depan hanyalah spekulasi, keinginan, dan angan-angan.”
Terasa benar, sampai hari ini, kaum intelektual, politisi, aparat keamanan, dan para orang tua masih belum siuman dari trauma masa lalu. Rencana-rencana masa depan berada di titik yang disebut dengan spekulasi, keinginan dan angan-angan belaka. Jika sajak tersebut dekat dengan situasi dan kondisi hari ini, maka yang baik dilakukan adalah mempersiapkan anak-anak muda Indonesia memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Tentu saja diperkuat dengan pengetahun sejarah masa lalu, memahami perkembangan Indonesia hari ini, dan tahu apa yang harus dilakukan di masa depan.
Atas dasar itulah kira-kira, Kodim 0707/Wonosobo atas kerjasamanya dengan Pondok pensantren Al Mubarok memberikan ceramah kepada para santri terkait Wawasan Kebangsaan. Ceramah ini dimaksudkan sebagai bekal para santri supaya tidak terpengaruh oleh sekian opini yang bergentayang di publik. Ada banyak soal yang menggaduhkan dan melemahkan bangsa, seperti lahir dan berkembangnya gerakan radikal yang berusaha mengganti Pancasila, merebaknya kolompok sipil bersenjata yang menyerupai gerakan terorisme. Namun yang masalah krusial bangsa ini menurut sang Pengasuh Ponpes Al Mubarok KH Nurhidayat adalah tergusurnya budaya asli Indonesia oleh budaya luar yang tidak cocok dengan bangsa ini.
Pada prinsipnya, penanaman wawasan kebangsaan supaya para santri memiliki dasar Bela Negara yang kuat. Adapun hal-hal penting yang ditanamkan kepada para santri adalah Kedisiplinan, Cinta Tanah Air, Rela berkorban, Perlakuan kepada Bendera dan lambang-lambang Negara. Ketika hal tersebut tertanam, diharapkan para santri menjadi teladan bagi masyarakat lainnya. Selain itu, para santri juga diteguhkan pendirinya supaya lebih waspada terhadap kelompok yang mau mengganti Idiologi Pancasila dengan paham lain serta kelompok garis keras yang mau merongrong kewibawaan dan keutuhan NKRI.
“Acara pembekalan dasar Bela Negara kepada santri ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Mubarok Manggisan. Acara ini dikemas dengan membuka kelas PDF (Pendidikan Diniyah Formal) dalam penyelenggarakan MOS bagi para santri baik kelas MTs maupun MA selama 1 Minggu. Pada kesempatan tersebut diisi berbagai macam materi dengan mengundang narasumber dari luar, salah satunya adalah dari Kodim 0707/Wsb tentang pentingnya wawasan kebangsaan bagi generasi muda dalam rangka menangkal pengaruh arus globalisasi,” terang Pasi Intel Kapten Inf Heru Utomo, Senin (25/7) seperti dilansir dari lama tniad.mil.id.
Sementara itu sang pembawa makalah Heru Utomo menyampaikan kepada para santri agar memiliki rasa kebangsaan demi menumbuhkan rasa kesatuan tekad dan memiliki rasa cinta kepada masyarakat, terhadap kondisi bangsanya untuk menjadi bangsa yang kuat, dihormati dan disegani diantara bangsa-bangsa lain, yang diwujudkan dalam kesetiaan masyarakat terhadap pemerintah dan rela berkorban demi menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk pembinaan mental, jiwa korsa/kebersamaan kepada masyarakat/organisasi, serta loyalitas yang tinggi atas perintah atasan, tertanam juga jiwa patriotisme cinta terhadap Bangsa dan tanah air, dan tata cara berpakaian yang rapi dan benar, juga sebagai kesiapan masyarakat menghadapi hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan dari manapun datangnya. Semua harus di awali dari kehidupan keluarga sebagai kesatuan terkecil di masyarakat,” tandasnya. (Riskiana Sulaiman)