Sri Mulyani: Negara Zalim Kalau Tak Mau Dukung Generasi Milenial

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10/2017). Foto Richard Andika/ NusantaraNews

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10/2017). Foto Richard Andika/ NusantaraNews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Perkembangan teknologi yang semakin maju seharusnya bisa diikuti dengan kebijakan pemerintah. Apalagi saat ini kebanyakan orang yang menggunakan teknologi adalah generasi milenial.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada tiga karakter yang dimiliki generasi yang lahir di atas tahun 1980 hingga 1997 tersebut, yakni connected atau terhubung; confident atau percaya diri; dan creativity atau kreativitas.

“Kalau tiga hal ini dikurung dengan regulasi pemerintah, berarti negara menzalimi mereka (generasi milenial). Pemerintah ingin buat tiga hal ini jadi potensi, bukan disaster, sehingga Indonesia bisa menciptakan suatu aset yang kreatif dan aktivitas ekonomi untuk menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur,” ujar Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10/2017).

Menurutnya, sejak Orde Baru pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong komoditi karena kita punya kekuatan di sumber daya alam. Oleh karena itu, kati Sri Mulyani, pemerintah berinvestasi untuk meningkatkan sumber daya manusia sejak usia dini. Dengan basis penduduk sekitar 262 juta jiwa, demografi Indonesia berisi anak-anak muda.

“Untuk menjadi negara besar di 2030-2045, kita harus men-transformasi ekonomi dari sumber daya alam ke sumber daya manusia. Dengan adanya teknologi, terjadi perubahan dan pergeseran ekonomi kita. Pergeseran ini cepat sekali. Tidak ada lagi jarak antara sini dengan New York, kita bisa FaceTime, WhatsApp Call, sehingga jarak bisa terlewati dengan teknologi,” ungkapnya.

Sri Mulyani menyampaikan, saat ini jumlah orang yang melakukan transaksi online meningkat signifikan. Dari 2014 masih sekitar 20 juta orang menjadi 70 juta orang pada 2017. Peningkatan jumlah orang yang bertransaksi online didorong karena belanja online yang sekarang ini sudah menjadi gaya hidup.

“Di Jakarta saja, mau pesan makan tinggal pakai aplikasi ojek online. Aplikasi sudah menjadi keseharian kita,” ucapnya.

Namun demikian, kini orang-orang yang bisa menikmati atau mengakses aplikasi ini adalah mereka yang memiliki akses listrik, akses internet, dan infrastrutkur lain. Tanpa fasilitas tersebut, generasi muda di Indonesia tidak mampu menciptakan ide-ide brilian.

“Ada hak anak-anak Indonesia untuk bisa menjadi (CEO Gojek) Nadiem baru. Yang bisa menciptakan kesempatan kerja dan merealisasikan idenya menjadi sebuah produk,” tuturnya.

Maka dari itu, lanjutnya, negara hadir melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah fokus untuk investasi di sumber daya manusia, seperti mengalokasikan anggaran kesehatan 5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), anggaran pendidikan porsinya 20 persen dari PDB, dan anggaran pengentasan kemiskinan.

“Jadi ini bukan karena populis mendekati tahun politik, tapi ini hak rakyat Indonesia. Tidak mungkin kita bisa bangun sumber daya manusia, kalau tidak ada infrastruktur, seperti telekomunikasi, listrik, dan lainnya. Jadi pembangunan infrastruktur bukan suatu kemewahan dan hobi, tapi ini suatu kebutuhan mendesak,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani memastikan pemerintah akan mendukung generasi milenial untuk terus berkembang dan bisa berkontribusi bagi Indonesia. Salah satu caranya melalui kebijakan ekonomi digital.

“Kami berikan support, bagaimana titik yang balance dengan digital economy yang berkembang. Platform bisa mengkonek antara pembeli dan penjual, akses kepada financing tujuannya untuk membuat mereka mampu untuk berkembang,” tandas Sri Mulyani.

Pewarta: Richard Andika
Editor: Ach. Sulaiman

Exit mobile version