Sri Lanka dalam Radar ‘Perang’ AS

Trump dan ISIS

NUSANTARANEWS.CO – Sri Lanka berada dalam radar “perang” Amerika Serikat (AS). Ledakan bom secara beruntun melanda Sri Lanka. Lebih dari setengah lusin ledakan menewaskan ratusan orang. Kehancuran terjadi di mana-mana, gereja dan hotel-hotel mewah tampaknya menjadi sasaran utama. Pelakunya adalah bom bunuh diri. Belum ada yang mengklaim pelaku serangan brutal tersebut. Namun bila di-framing, melihat sasaran serangan tersebut jelas adalah “Barat” bila diasosiakan dengan gereja dan hotel-hotel mewah.

Tiba-tiba saja muncul informasi bahwa pelakunya adalah kelompok yang terkait dengan ISIS. New York Times. Sekali lagi, New York Times menuduh bahwa dalang dibalik serangan teror tersebut sangat dipengaruhi oleh Wahhabisme ekstrim.

Apakah benar terjadi kebencian yang meningkat di antara penganut agama? Masih hangat di kepala kita, ketika di Selandia Baru, seorang kulit putih membantai puluhan orang di masjid.

Mengapa Sri Lanka yang secara demografi mayoritas beragama Buddha – 70% warga Sri Lanka adalah penganut Buddha, 13% Hindu, 10% Muslim, dan sekitar 7% Kristen?

Pola-pola serangan memang mirip dengan kerja kelompok teroris dan tentara bayaran yang bergerak di Suriah dan Irak. Lebih jauh lagi bisa dilihat pola yang sama muncul di Libya menjelang kejatuhan Muammar Qaddafi. Mereka sudah terindetifikasi sebagai tentara bayaran bentukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Dalam beberapa kasus mirip kejadian di Myanmar.

Saudi sebagai bandar memang menyediakan dana yang besar untuk gerakan ekstrim itu. Biasanya setelah ada peristiwa berbau ISIS, tidak lama kemudian pasukan AS akan muncul sebagai pahlawan. Harus diakui bahwa Sri Lanka masih jauh dari jangkauan militer AS.

Diego Garcia hanya berjarak kurang lebih 2000 km dari Srilangka

Masih jauh? Tidak! Secara geopolitik posisi Sri Lanka, yang menghubungkan Laut Arab dengan Samudra Hindia hanya berjarak hampir 2000 km dengan pangkalan militer AS di Diego Garcia, di Kepulauan Chagos, timur laut Madagaskar. Hampir sama dengan jarak Jakarta-Balikpapan.

Diego Garcia merupakan pangkalan militer Angkatan Laut AS terbesar di luar Amerika – yang paling aktif dalam dekade ini. Serangan pesawat tempur dan drone di Suriah, Irak, Yaman, dan tempat-tempat lain di Timur Tengah berasal dari pangkalan militer ini.

Melihat letak geopolitik Sri Lanka yang strategis, bukan tidak mungkin Washington mempunyai keinginan untuk membuka pangkalan militer di sana – terutama untuk mengimbangi kehadiran militer Cina di Asia Selatan. Apalagi belakangan hubungan Wahington dan New Delhi cukup mesra dalam menghadapi pengaruh Cina di kawasan.

Sekali lagi post-truth. Bila serangan-serangan teror berlanjut dan memunculkan gerakan aksi masa, dan anarki – yang kemudian dikemas sedemikian rupa oleh media mainstream bahwa benar pelakunya adalah kelompok ISIS. Maka Sri Lanka akan menjadi daerah zona perang baru di Asia Selatan. Sekaligus menjadi dalih masuknya militer AS ke Kolombo untuk memerangi ISIS dan kelompok militan. Dengan dukungan media masinstream yang masif kebenaran hanya satu pintu, yakni yang berasal dari opini Washington. (Agus Setiawan)

Exit mobile version