Seputar Kekebalan Corona Virus Yang Perlu Anda Ketahui

Seputar kekebalan Corona Virus yang perlu Anda ketahui.
Seputar kekebalan Corona Virus yang perlu Anda ketahui/Foto: WebMD.

NUSANTARANEWS.CO – Seputar kekebalan Corona Virus yang perlu Anda ketahui. Ketika Anda memiliki kekebalan, tubuh Anda dapat mengenali dan melawan virus yang menyebabkan COVID-19. Tetapi mungkin saja orang yang pernah terkena COVID-19 bisa sakit lagi dan bisa menulari orang lain.

Meski belum ada informasi yang cukup untuk mengetahui masalahnya. Tetapi organisasi kesehatan nasional terus melakukan penelitian untuk mencoba menemukan beberapa jawaban.

Bagaimana Kita Menjadi Kebal

Ketika kuman memasuki tubuh Anda, sistem kekebalan tubuh Anda beraksi. Begini cara kerjanya:

Vaksin juga memiliki cara yang sama. Mereka membuka antigen pada tubuh Anda yang melatih sistem kekebalan tubuh untuk melawan kuman itu di kemudian hari. Karena vaksin mengandung versi virus yang dilemahkan atau yang terbunuh, Anda menjadi kebal tanpa sakit.

Jika Anda Terpapar COVID-19, Apakah Kemudian Anda Menjadi Kebal?

Beberapa negara ingin mengeluarkan “paspor kekebalan” untuk orang yang memiliki antibodi terhadap virus yang menyebabkan COVID-19, yang disebut virus SARS-CoV-2. Orang dengan “paspor” ini akan diizinkan untuk kembali bekerja dan bepergian karena mereka dianggap kebal terhadap virus tersebut.

Tetapi para ahli kesehatan belum tahu apakah kita benar-benar menjadi kebal terhadap COVID-19 setelah kita terinfeksi. Dan jika kita menjadi kebal, kita juga tidak tahu berapa lama itu akan bertahan.

Jenis-jenis Coronavirus lainnya tampaknya menyebabkan kekebalan. Studi menunjukkan bahwa orang terlindungi dari virus korona yang menyebabkan flu biasa hingga satu tahun setelah infeksi. Dan tubuh kita memiliki antibodi terhadap coronavirus SARS hingga 4 tahun.

Kebanyakan orang yang sudah pulih dari COVID-19 memang membuat antibodi terhadap virus. Namun sejauh ini, belum ada bukti bahwa ini akan membuat mereka terlindungi dari virus jika mereka terpapar lagi.

Di Korea Selatan, lebih dari 160 orang dites, positif lagi setelah mereka pulih dari COVID-19. Di Cina, 5%-10% orang dites positif lagi setelah mereka pulih, menurut laporan. Tidak jelas apakah:

Bisakah Herd Immunity Melindungi Kita?

Herd Immunty terjadi ketika sebagian besar populasi, atau warga kebal terhadap virus. Hal ini bisa terjadi karena orang-orang ini sudah divaksinasi atau sudah pernah terinfeksi. Herd immunty membuat virus semakin sulit menyebar. Bahkan mereka yang belum sakit atau divaksinasi pun dapat terlindungi.

Semakin menyebar suatu virus, semakin banyak orang perlu kebal untuk melawan virus. Virus SARS-CoV-2 sangat menular sehingga para ahli memperkirakan sekitar 70% orang di suatu komunitas perlu memiliki herd immunty. Jumlah itu mungkin sulit dicapai tanpa vaksin atau orang yang terdampak dalam jumlah besar.

Bagaimana Kita Menguji Kekebalan Tubuh

Mengukur antibodi terhadap virus korona dalam darah dapat dilakukan dengan tes antibodi atau disebut juga tes serologi. Jika Anda memiliki antibodi, itu berarti Anda telah terpapar virus dan sistem kekebalan tubuh Anda telah membuat antibodi terhadapnya. Tes antibodi berbeda dari tes yang digunakan dokter untuk memeriksa virus itu sendiri.

FDA telah menyetujui empat tes antibodi untuk COVID-19 meski telah ada lebih dari 70 perusahaan yang memiliki tes antibodi tersebut. Tidak jelas seberapa baik tes yang tidak disetujui ini bekerja.

Karena COVID-19 sangat baru, para ilmuwan belum memiliki pengalaman untuk mengetahui keakuratan tes antibodi. Mereka bisa saja mendapatkan hasil positif yang salah ketika seseorang melakukan test antibodi dengan hasil positif pada saat antibodinya belum benar-benar berkembang.

Menguji antibodi terlalu cepat setelah suatu penyakit juga dapat menyebabkan hasil yang salah. Dibutuhkan 5-10 hari setelah Anda terinfeksi untuk mengembangkan antibodi terhadap virus SARS-CoV-2.

Tes antibodi bisa memberi orang rasa aman yang salah. Mereka mungkin kembali bekerja dan mulai melakukan perjalanan lagi ketika mereka masih bisa terdampak atau menyebarkan virus. Dan karena orang dapat meneruskan COVID-19 kepada orang lain tanpa menunjukkan gejala, hasil test positif yang salah dapat menyebarluaskan wabah virus. (WebMD/CS/ed. Alya Karen).

Exit mobile version