Segarnya Menikmati Jeruk Sambil Wisata Alam di Pekebunan Pak Rajali

Segarnya menikmati jeruk sambil wisata alam di pekebunan Pak Rajali.
Segarnya menikmati jeruk sambil wisata alam di pekebunan Pak Rajali.

NUSANTARANEWS.CO, Pidie Jaya – Segarnya menikmati jeruk sambil wisata alam di pekebunan Pak Rajali. Pagi itu cuaca cerah, kehangatan sinarnya mengiringi kegiatan rutin saya sebagai pemburu berita. Seperti biasa saya memulai kegiatan pagi dengan berkeliling gampong sebelum menuju ke ibukota Kabupaten Pidie Jaya.

Oh ya, saya juga sempat ngopi bareng bersama rekan-rekan di Trienggadeng dan bercerita banyak tentang keadaan terkini Pidie Jaya tercinta.

Menjelang siang, sekitar pukul 10.00 wib, tiba-tiba terdengar dering panggilan masuk Handphone milik salah satu rekan saya. Ia terlihat asyik berbicara dengan lawan bicaranya.

Setelah selesai berbicara, kawan saya Fakhrurazi langsung mengatakan: “ke kebun jeruk yuk?” Ajak dia.

“Di mana?” tanya Ramadhana kawan satunya lagi.

“Bang Jamal Pangwa mengajak kita ke kebun jeruk di Lhok Sandeng, Meurah Dua,” jawabnya.

“Jauh ngak, bisa sampai kendaraan ke lokasi?” tanya saya.

“Katanya sih… lumanyan juga tapi bisa pakai Honda (sebutan sepeda motor-Aceh) bahkan pakai mobil juga bisa. Biasalah mungkin jalannya menantang juga, Namanya juga masih pedalaman,” begitu sambung Fakhrur meneruskan cerita Bang Jamal Pangwa ditelpon tadi.

Dengan menggunakan dua Honda matic, kami bertiga pun langsung OTW menuju lokasi. Melewati jalan negara menuju simpang 4 Meurah Dua, masuk ke arah selatan sejauh 3,5km sampailah ke depan Masjid Babussalam Gampong Seunong Kecamatan Meurah Dua. Dengan melintasi jalan aspal Hotmix yang mulus dan naik turun, perjalanan kami terasa mengasyikan.

Dalam perjalanan dari Seunong ke Sarah Mane, di sebuah ketinggian kami melihat sebuah pemandangan yang indah. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, kami langsung menghentikan kendaraan dan berselfi ria berlatar pemandangan indah tersebut.

Tahukah pembaca, apa terlihat indah? Pemandangan permukiman penduduk di dataran rendah dari ketinggian 2300 mdpl. Begitu juga Ibukota Pidie Jaya terlihat kecil dipandangan mata kami.

Kami lalu melanjutkanperjalanan, tak jauh tiba-tiba kami sampai di penghujung jalan aspal. Kurang lebih hampir 1 km kami melalui jalan berbatuan hingga sampai ke pusat Gampong Sarah Mane.

Kami lalu berhenti sejenak di pos jaga persimpangan gampong tersebut sambil  menunggu Bang Jamal besama rekan lainnya, yang melintasi jalan dari Kecamatan Ulim (Simpang PT Gotongroyong) berjarak 8 km.

Kunjungan kali ini menjadi seru karena tak sekadar mencari dan meliput berita, melainkan sekaligus menjadi wisata alam petik jeruk atau agro wisata!

Terakhir kami berkunjung ke wilayah ini pada bulan September tahun lalu – saat ulang tahun Komunitas Pijaygleeh ke 1 di objek wisata “Lhok Sandeng” – berarti hampir delapan bulan lalu. Dan ternyata, lokasi yang kami tuju melewati Krueng Lhok Sandeng.

Ketika Bang Jamal Pangwa tiba, kami berenam dipandu menuju lokasi yang berjarak kurang lebih 5 km dari Pos jaga tadi.

Ada hal yang terasa baru dalam perjalanan itu, kami juga harus melalui jalan tanah liat melintasi kebun sawit sejauh 1,5 km, jalannya berliku naik dan turun bukit serta banyak kubangan besar. Ini menjadi pengalaman offroad yang asyik menggunakan honda matic yang biasanya melintas di jalan aspal, namun sekarang menuju pegunungan.

Akhirnya, sampailah kami di tujuan, tepatnya di tepi sungai kecil nan jernih arinya yang merupakan salah satu anak sungai yang mengalir ke Krueng Meureudu.

Setelah menyeberangi sungai, Wow…, terpampang di hadapan kami hamparan kebun jeruk yang luas dengan buahnya yang lebat.

Sesudah puas berkeliling kebun sambil menikmati kesegaran buahnya dan mendokumentasikan kebun jeruk tersebut. Sebagai awak media yang berkunjung ke suatu tempat, ya langsung saja mencari informasi untuk diberitakan.

Pemilik Kebun, Rajali (53) beristrikan Istri Fitriani (40), warga Gampong Geunteng Kecamatan Meurah Dua mengaku telah menekuni kegiatan berkebun sejak 7 tahun yang lalu. Sebelumnya, pria kelahiran Besitang, Sumatera Utara ini sudah berlanglangbuana keliling Asia menjadi ABK (anak buah kapal) tangker, cargo dan suply boat.

Sesudah cukup modal ia ingin bekerja di daratan, awalnya ayah dari 2 orang anak, Riska Salahawa (14) dan Muhammad Rasya (10) berkebun sawit. Namun rezeki belum memihak kepadanya (rugi) alias tidak menghasilkan. Sebelum berkebun jeruk, ia juga mengaku pernah menjadi pencari kayu di gunung demi menopang kebutuhunan hidup,” ceritanya.

Lalu timbullah ide untuk memanfaatkan lahan kosong dengan menanam jeruk setelah mencari informasi dari rekan-rekan dan kerabat.

“Alhamdulillah sekarang sudah menghasilkan. Setiap sebulan, hasil panen mencapai 1-2 ton dengan harga jual Rp10.000 per kilogram,” akui Rajali.

Sebagai informasi, dalam perkebunan Rajali, terdapat pohon Jeruk daerah panas. Yang sudah berproduksi 300 batang dan belum produksi 900 batang. Selain jeruk terdapat juga pohon Durian Montong sebanyak 80 pohon yang baru baru ditanam, Jambu Kristal 100 batang, Jambu Madu 20 batang dan Duku ada 100 batang.

Kepada awak media, Rajali berharap kepada pemerintah, bila ada waktu dan kesempatan bisalah berkunjung kekebunnya. Nanti apa yang menjadi harapan semua orang akan terjawab,” tuturnya ketika ditanya mengenai harapan kepada pemerintah Pidie Jaya.

Kalau memang ada sedikit bantuan, bolehlah kami dibantu pupuk agar tanaman yang sudah menghasilkan ini bisa lebih bagus  lagi,” harapnya sambil mengungkapkan bahwa selama ini sudah banyak yang berkunjung, termasuk dari Polres Pidie Jaya.

“Siapapun yang datang kesini selalu mengeluh jalan atau akses menuju kebun agar mudah dilalui,” ujar Rajali.

“Selama setahun terakhir ini, banyak juga warga yang datang meminta bibit jeruk sama saya. Mungkin mereka juga sudah mulai menanamnya, biasanya umur tiga tahun jeruk baru menghasilkan,” lanjut Rajali.

Rajali juga membeberkan bahwa penjualan di kebun harga jeruknya hanya Rp 10.000,- perkilo. “Kalau sudah sampai di gampong ya tambah ongkoslah. Jadi kami jual Rp 12 – 15 ribu perkilo, katanya.

Mengakhiri kunjungan, Ramadhana mengungkapkan pikirannya bahwa lokasi ini sangat indah. Ada sungai kecil yang jernih dan sejuk airnya. Sangat berpotensi untuk menjadi lokasi agrowisata dan bisa dikembangkan untuk salah satu destinasi wisata alam.

“Jeruk manis dan segar biasanya tumbuh di dataran tinggi seperti Aceh Tengah, Malang, Brastagi, Bogor dan ternyata bisa juga tumbuh subur dan berbuah manis di Pidie Jaya.”

“Ayo, berwisata sambil berpetualangan dan menikmati jeruk manis dan segar dengan petik sendiri di pohonnya,” ajak Fakhrurrazi dan Wanis Pijay yang ikut bersama rombongan.

Kapan-kapan kita kesini lagi ya bang… kata kami sambilan berpamitan pulang karena waktu pun sudah beranjak sore. (Irfan Sofyan/Red)

Sumber: liputangampongnews.

Exit mobile version