Sebuah Lubang yang Membelah Kita

Lubang Maut. (Foto Ilustrasi/Crop/Nusantaranews)

Lubang Maut. (Foto Ilustrasi/Crop/Nusantaranews)

Puisi Denny JA
Sebuah Lubang yang Membelah Kita

Sebuah lubang membelah kita,
Karena ia awal sebuah luka.
Tujuh jenderal dibenamkan di sana.

Sebuah lubang membelah kita,
Karena ia awal sebuah peristiwa berdarah.
Darinya, mengalir air sungai berwarna merah.
Mengapung di sana 500 ribu nyawa.
Mengalir pula darinya sebuah pulau,
12 ribu tahanan berkelana.
Mengalir pula darinya
30 tahun sejarah membalas luka.

Sebuah lubang membelah kita,
Karena ia awal lahirnya aneka versi sejarah.
Aneka versi itu saling mencakar,
berebut panggung,
berebut mikrofon,
berebut pancangkan bendera kebenaran.
Menambah luka.

Sebuah lubang membelah kita.
Kini ia menjadi penanda sebuah peradaban.
Apakah ia bangsa yang kalah,
atau bangsa yang jaya?

(Terdengar lamat lamat suara dari lubang itu:
Kini kami mati.
Kaulah yang memberi arti).

Rosa namanya.
Dengan niat baik,
Diam- diam ia datangi lubang itu.
Bertruk-truk tanah sudah ditambalkannya.
Namun lubang tetap menganga.
Kini iapun  terkubur di dalamnya.

Sebuah lubang membelah kita.
Alangkah perkasanya.

September 2017.

Denny JA, Satrawan Nasional yang Populer dengan puisi esainya.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com

Exit mobile version