SEDEKAH LAUT
Pada pijar mata air kusucikan lusuh langkahku
Mantra dan doa bertemu dalam satu belanga
Bercampur mengalir di nadi semesta
Air mata siapa ini
Yang dengan perih kureguk penuh dahaga
Dalam tikungan arus sungai yang tak pernah berhenti mengembara
Membawa sampah-sampah luka
Menuju marwah samudera
Menjadi mata air adalah asal-muasal cita-cita
Tapi siapa yang sanggup menjaga kesucian hingga ajal mencabut akar rumput segala lara?
Di aliran sungai kucoba mencari makna
Iman yang kumuh kubersihkan dengan ilmu dunia
Tapi sampah tak juga berakhir ikut mengalir di jiwa renta
Menjadi tipu muslihat dan janji palsu fatamorgana
Kini hanya samudera yang kuajak untuk bercanda
Menjadi rumah yang ramah segala sampah
Tempat berlabuh seluruh kumuh dan gaduh
Tempat istirahat segala muslihat akal bulus seisi dunia
Dengan mengucap makrifat cinta
Kusyukuri sisa-sisa iman ini dengan sedekah apa adanya
Agar batu-batu karang keimanan ini tak mudah lekang
Agar akal sehat terawat dari ombak maksiat
Gelombang tipu daya residu nafsu dan kosmetika agama
Dengan mengucap Bismillah
Kusedekahkan puisi ini pada lautan luka
Gus Nas,
Rumah Pohon, Batu, Malang
14 Oktober 2018
HM Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional.
Baca juga: Ibu Kita Syahrini – Puisi HM Nasruddin Anshoriy Ch
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com