KORUPTOR MERAJALELA
Dari tubuh puisi aku bernyanyi,
melukis gejala yang kacau dinegeri ini.
ada segrombolan orang jalang di istana
melabuhkan paginya di singgasana kota.
dengan mobil plat merah ia meraja dunia
ketika pasca pembangunan desa orang-orang kecil menjerit
“dimana letak kehidupan ini?
dimana janji-janji suci itu?
atawa hanya kebohongan?
dan kedustaan yang menyala”
semua hal dari harga-harga sembakau semakin kacau.
kelicikan kaum berdasi hanyalah berpose di figur kapitalis.
sementara ratapan rakyat hanya ilusi rembulan.
pilkada tiba, orang-orang dikota menyimpan angka-angka di otaknya.
matahari menua di sudut jendela, sementara ketidakadilan di negeri ini menggema.
matilah kau ternak koruptor.
korupsi,polusi, menjadi makanan rakyat untuk menyimak di media
saling tikam merebut kekuasaan
kami kaum pribumi tak akan mati.
di depan mulut singa nerakamu. langkah kami seluas samudra.
api neraka akan mengutuk membakarmu di istana
yang katanya perwakilan rakyat, namun sejatinya pembunuh rakyat.
o, rakyatku hidupmu kaku, lusuh kibar senyummu
kaum pengisi perut melukai wajah-wajah kita
satukanlah puisi untuk membakar hati hitamnya.
Mranggen, 24 Februari 2017
PESTA KEANGKUHAN
; topeng berdasi–
Telah datang orang-orang dari istana
setiap pagi tiba dengan membwa mobil plat merah
setiap waktu mereka mendebat, menyuap, menyergap nafas rakyat
ingin ku datang membakar licik binatang jalang itu
dengan kabilah pedang.
pasca pembangunan orang-orang ingkar itu bersatu
menimbang kebenaran dalam wujud komunikasi lidah
dibalik meja yang megah, dikursi yang empuk mereka bersandar
bertakhta asas kebenaran
padahal wujudnya kesengsaraan
saat itulah kematian-kematian dimuali
hatinya menghitam, mengeras
katanya kepala daerah, namun hidup memperpecah
katanya wakil rakyat, namun menindas rakyat
katanya pelayan rakyat, namun pengingkar rakyat
wahai pelacur angka
kemarilah berdebat tentang siksa neraka
mulut mu akan dibungkam dijerat api
yang membakar, menikam
kembalilah pada ayat-ayat tuhanmu
pada hiduplah kita berguru
pada ilmlah kita menapaki mimpi
Semarang, 2 Maret 2017.
Muhamad Arifin, lahir di Grobogan 21 April 1998. Mahasiswa Progam Studi Ilmu Komunikasi Universitas Semarang .Menggemari Travelling selain menulis puisi , Alumni Pondok Pesantren putra-putri Al-Anwar Maranggen Demak alumni MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak. Sekarang .puisinya dipublikasikan di media Warta Kampus, Puisinya terhimpun dalam antologi bersama yaitu : Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016). Aquarium & delusi (Bebuku Publisher, 2016) Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak ( Forum Sastra Surakarta, 2016) Monolog Seekor Monyet ( Sabana Pustaka, 2016) Menemukan Kekanak Di Tubuh Petuah (Stepa Pustaka, 2016) Lelaki Bercelana Kulot Di Sebuah Pesta Pernikahan ( Oase Pustaka, 2016) Meditasi Tulang Rusuk ( Oase Pustaka) menjadi juara lomba cipta baca puisi Pospeda Se-Kab Demak 2016. Karyanya juga bias ditemui diblog pribadi ariefsastra21.blogspot.co.id Beralamat di Dusun Domas RT 05 RW 10, Desa Kenteng, Kecamatan Toroh , Kabupaten Grobogan ,Jateng bisa di sapa melalui email, ariefmanba@gmail.com Nomor Hp : 085866562197 Ariefmanba@yahoo.co.id .Facebook : Muhamad Arifin.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.