Ekonomi

Pertanyaan Besar Tentang Neraca Eksternal Indonesia Selama Pemerintahan Jokowi

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng. (Foto: Ahmad Hatim/ NUSANTARANEWS.CO)
Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik
Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng. (Foto: Ahmad Hatim/ NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pengamat Ekonomi Politik Salamuddin Daeng menyatakan, cerminan ekonomi suatu negara terhadap negara lain dan internasional dapat dinilai dari neraca eksternal negara tersebut. Jika komponen defisitnya banyak dan besar maka keadaan ekonomi negara tersebut relatif kurang baik.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), ungkap Daeng, sejak tahun 2015 sampai dengam akhir tahun 2017 keadaan neraca eksternal Indonesia (dihitung berdasarkan kurs Rp 14.000 /USD sebagai berikut :

1. Terjadi defisit neraca transkasi berjalan secara akumulatif senilai Rp. 727,9 triliun. Rp. 727,9 triliun. Jika ditambah defisit Q1 2018 maka defisitmya mencapai Rp.805,5 triliun.

2. Terjadi defisit perdagangan migas secara akumulatif mencapai Rp.249,5 triliun. Jika ditambah defisit Q1 2018 maka nilai defisit mencapai Rp.282,6 triliun.

3. Terjadi defisit dalam transkasi jasa jasa secara akumulatif mencapai Rp. 330,5 triliun. Jika ditambah defisit Q1 2018 maka nilai defisit mencapai Rp.350,5 triliun.

4. Terjadi defisit pendapatan primer secara akumulatif mencapai Rp. 1.274,1 triliun. Jika ditambah defisit pada Q1 2018 maka nilai defisit mencapai Rp. 1.384,5 triliun.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Sosialisasikan Perda No 1 Th 2024 Tentang Pajak Dan Restribusi Daerah

“Uang di atas adalah nilai yang kita kirimkan sebagai setoran kepada asing atas imbalan pembelian barang impor, pembelian jasa jasa impor, cicilan utang, bunga utang dan juga transfer keuntungan investasi asing. Bayangkan jika uang sebesar itu digunakan di alokasikan bagi ekonomi dalam negeri? Betapa banyaknya kekayaan ekonomi yang terdistribusi ke bangsa sendiri,” kata Daeng seperti dikutip dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (27/6/2018).

Menurut dia, aliran uang dalam jumlah sangat besar inilah yang mengakibatkan mata uang rupiah sangat rentan terhadap faktor ekternal. Aliran uang yang terus menerus ke luar negeri dan terus berlangsung sampai saat ini, itulah yang akan menyebakan rupiah akan terus terperosok seiring perjalanan waktu.

“Bisa dibayangkan dalam sistem perdangan bebas sekarang uang rupiah yang dipegang oleh masyarakat Indonesia yakni yang ditabung, yang didepositokan, telah tergerus nilainya hampir separuh hanya dalam tempo kurang dari lima tahun,” ujarnya.

Jadi, tegas Daeng, sungguh bahaya nasib bangsa dalam kondisi ekonomi semacam itu, bangsa indonesia bekerja keras hanya untuk disetorkan bagi keuntungan modal asing. “Semoga Presiden Jokowi bisa bangkit dalam sisa waktu satu setengah tahun pemerintahannya untuk mengatasi kerusakan neraca eksternal Indonesia,” tandasnya.

Baca Juga:  Bupati Sumenep Dorong Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pemberdayaan UMKM dan Wisata

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,160