Perang Yaman: Drone dan Rudal Houthi Semakin Menakutkan Pasukan Koalisi Pimpinan Arab Saudi

Perang Yaman: drone dan rudal Houthi semakin menakutkan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.
Perang Yaman: drone dan rudal Houthi semakin menakutkan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.

NUSANTARANEWS.CO – Perang Yaman: drone dan rudal Houthi semakin menakutkan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi. Perang Yaman mungkin telah menjadi medan pertempuran penggunaan drone paling sengit di dunia sejak Amerika Serikat (AS) pertama kali membom Yaman pada 2002 untuk mendukung operasi senyap Al-Qaeda. Kini sejak agresi pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman pada 2015, para pejuang Houthi mulai mampu membalas secara signifikan baik dengan menggunakan drone maupun rudal-rudal modifikasi.

Apalagi baru-baru ini, Iran secara terbuka menyatakan telah mentransfer teknologi dan pengetahuan kepada pejuang Houthi. Kabar itu terkuak dalam sebuah program TV ketika juru bicara senior militer Iran, Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi menyampaikan bahwa, Iran belum mengekspor senjata ke Yaman tetapi Teheran telah mentransfer teknologi dan pengalaman di bidang pertahanan untuk memproduksi rudal, UAV, dan senjata.

Juru bicara militer senior tersebut juga menyampaikan bahwa para pejuang Yaman telah belajar bagaimana memproduksi rudal, drone, dan senjata secara mandiri, dan menegaskan bahwa Iran tidak memiliki kehadiran militer di wilayah tersebut. Dengan kata lain, Iran hanya memasok para pejuang Houthi dengan keahlian teknis dan pengetahuan.

Tidak mengherankan apabila panel ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengamati Perang Yaman pada tahun 2018, khususnya mengenai drone Houthi Qatef-1 mengatakan bahwa, drone tersebut dirakit menggunakan komponen yang dipasok dari luar negeri ke Yaman. Panel tersebut bahkan mengklaim bahwa “Qatef” atau “Striker” hampir identik dengan desain Ababil-T yang diproduksi oleh Iran Aircraft Manufacturing Industries.

Demikian pula klaim Conflict Armament Research yang meneliti puing-puing drone Houthi yang menghantam baterai rudal Patriot di Arab Saudi, dikatakan krakteristiknya hampir identik dengan drone Iran.

Ababil-T dapat mengirimkan hulu ledak seberat 45 kilogram hingga sejauh 150 kilometer.

Belakangan, peningkatan teknologi pesawat tanpa awak dan rudal balistik bawah tanah Houthi semakin meneror pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi. Dr Andreas Krieg, seorang ahli pertahanan dan keamanan di Timur Tengah di King’s College, London, mengatakan bahwa: “drone bersenjata telah memberikan Houthi kemampuan untuk menyerang dan teror kepada pasukan koalisi, yang tidak dapat melindungi diri mereka secara memadai melawan serangan drone yang mematikan ini.”

Krieg juga menambahkan bahwa kelompok Houthi kini benar-benar dapat menghancurkan pasukan koalisi dan melemahkan mental mereka untuk bertempur lebih lanjut. Bahkan mungkin membawa koalisi pimpinan Arab Saudi lebih cepat ke meja perundingan.

Teknologi pesawat tanpa awak tampaknya akan menjadi senjata pengubah permainan dalam Perang Yaman, terutama bagi kelompok perlawanan Houthi. Dengan biaya produksi yang relatif murah namun dapat menjadi senjata yang menakutkan bagi pasukan koalisi.

Mirip dengan senapan AK-47, drone begitu murah dan mudah didapatkan sebagai senjata untuk melakukan perang gerilya melawan kekuatan militer yang lebih besar dan lebih kuat. Yang paling penting dari penggunaan drone adalah meruntuhkan semangat bertempur musuh.

Kemampuan kreatif Houthi ini, merupakan langkah awal untuk meningkatkan perang asimetris yang lebih akurat dan mematikan bagi pasukan koalisi pimpinan Arab saudi. Dengan semakin majunya teknologi pesawat tanpa awak Houthi – apalagi bila nanti telah dilengkapi dengan kamera optik dan mampu membawa persenjataan yang lebih maju, seperti rudal dan bom pintar yang lebih akurat – tentu akan terjadi revolusi dalam kemampuan tempur Houthi dalam melawan kekuatan pasukan koalisi.

Rudal Balistik Bawah Tanah Houthi

Bukan hanya drone, kreativitas kelompok perlawanan Houthi juga dibuktikan dengan menciptakan platform peluncuran rudal balistik dari bawah tanah untuk Badr-1.  Dengan peluncuran dari bawah tanah, membuat posisi rudal balistik lebih efisien, efektif dan sukar dideteksi di medan tempur.

Juru bicara Angkatan Darat Yaman Brigadir Jenderal Sharaf Luqman mengatakan kepada MintPress: Infrastruktur rudal platform bawah tanah akan diproduksi masal dan akan menjadi kekuatan mematikan di masa mendatang.

Terlepas dari masalah tingkat teknologi, yang jelas pengembangan persenjataan sederhana Houthi telah memberikan efek teror dan menakutkan bagi pasukan koalisi. Terutama dengan peningkatan efektivitas serangan drone yang akurat dan mematikan serta peluncuran rudal balistik dari bawah tanah yang sukar dideteksi posisinya.

Hal ini tampaknya menjadi babak baru Houthi dalam melawan pasukan Koalisi yang jauh lebih kuat dengan menginovasi teknologi sederhana namun menjadi efektif dan efisien dalam medan pertempuran.

Seperti pada bulan Agustus 2020, rudal modifikasi Houthi mampu menembak drone jenis RQ-20 Puma-style milik AS di Harad, di utara Yaman, dekat kota Jazan, Arab Saudi. Setahun sebelumnya, pada bulan yang sama drone canggih MQ-9 Reaper AS dihajar rudal pejuang Houthi di wilayah Dhamar di sebelah tenggara Sanaa. Dua pejabat AS mengkofirmasi penembakan drone itu kepada Reuters.

Sebelumnya, pada bulan Februari 2020, rudal Houthi juga berhasil menembak jatuh pesawat Tornado milik Arab Saudi di provinsi Jawf di bagian utara Yaman.

RAND Corporation bahkan menyebut Houthi kini memiliki rudal-rudal yang lebih canggih sehingga mampu menghajar Arab Saudi. RAND juga mengatakan bahwa koalisi Pimpinan Arab Saudi perlu membuat rencana dan strategi baru dengan melihat kemampuan Houthi menembak lebih banyak pesawat dan drone pasukan koalisi. (Agus Setiawan)

Exit mobile version