Pengusaha Jerman Mengajukan Banding Ke Parlemen Memprotes Sanksi Anti-Rusia

Ilustrasi Parlem Jerman/AP Photo/ Michael Sohn

NUSANTARANEWS.CO – Seorang pemilik perusahaan pengerjaan logam dari Jerman Selatan percaya bahwa sanksi anti-Rusia merugikan ekonomi Jerman, oleh karena itu dia telah memutuskan untuk memprotes tindakan pembatasan tersebut dengan langsung mengajukan banding ke Parlemen Jerman.

Para pengusaha Jerman merasakan konsekuensi ekonomi yang semakin negatif dari sanksi anti-Rusia, kata Karlheinz Essig, kepala perusahaan Edelstahl Rosswag, dalam sebuah wawancara dengan Sputnik Jerman.

“Sanksi yang diberlakukan oleh Uni Eropa terhadap Rusia belum mencapai tujuan politik yang diinginkan. Sebaliknya, konsekuensi ekonomi yang terkait dengan tindakan Anti-Rusia menjadi lebih nyata, terutama bagi ekonmi Jerman,” kata Essig

Baca: Di Balik Sanksi AS Terhadap Rusia

Menurut para analis, sanksi tersebut menghambat kerja sama internasional lebih dari sebelumnya, dan Jerman harus mengambil langkah tegas untuk mengakhirinya. “Jerman adalah satu-satunya negara yang memiliki tanggung jawab khusus dalam hal ini, oleh karena itu, tidak seharusnya Jerman memperburuk hubungan dengan Rusia – justru sebaiknya membangun dengan cara yang positif,” kata Essig.

Dengan penuh keyakinan bahwa Jerman membutuhkan Rusia sebagai mitranya, Essig kemudian mengajukan sebuah petisi guna penghapusan sanksi anti-Rusia, yang disampaikan ke Parlemen Jerman. Permohonan tersebut tampil di laman Bundestag.

Baca: Ketegangan AS-UE Meningkat Menyusul Sanksi Baru Terhadap Rusia

Para Pengusaha Jerman telah berulang kali melakukan protes terhadap sanksi anti-Rusia dan meminta pencabutan. Mereka telah menegaskan bahwa tindakan pembatasan memiliki konsekuensi negatif bagi ekonomi Jerman dan menghambat hubungan perdagangan antara kedua negara.

Seperti telah diberitakan, Uni Eropa bersama dengan Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia yang meliputi sektor pertahanan, energi dan perbankan – menyusul eskalasi krisis Ukraina. Moskow kemudian menanggapi dengan melakukan embargo makanan selama satu tahun terhadap negara-negara mendukung sanksi tersebut. (Banyu)

Artikel Terkait: 

 

Exit mobile version