NUSANTARANEWS.CO, Davos – Paviliun Indonesia turut meramaikan penyelenggaraan 2019 World Economic Forum Annual Meeting di Davos, Swiss, selama empat hari, 22-25 Januari 2019. Paviliun Indonesia ini mampu membuka peluang kerja sama pelaku industri di Indonesia dengan negara-negara lain.
Mengusung tema Unity in Diversity 4.0, Paviliun Indonesia menghadirkan workshop, ministerial briefing, networking session, one on one meeting dan tech showcase. Airlangga pun meyakini, Paviliun Indonesia bisa menjadi sarana srategis diplomasi ekonomi melalui penyebaran informasi perkembangan terbaru Indonesia.
Keberadaan Paviliun Indonesia juga ditujukan untuk meyakinkan serta memberikan sentimen positif pada para investor dan para penggiat ekonomi dunia terhadap kondisi ekonomi Indonesia di tengah isu perang dagang AS-China, serta fluktuasi harga minyak dunia yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Sejumlah perusahaan dari Indonesia yang turut berpartisipasi dalam Paviliun Indonesia, antara lain Indofood, Tokopedia, Kalbe, Astra Internasional, Angkasa Pura, Javara, WIR, Gajah Tunggal dan Kapal Api.Paviliun Indonesia di Davos juga menyajikan kekayaan budaya dan kuliner nusantara serta mengangkat potensi di bidang ekonomi digital dan gaya hidup, industri 4.0, industri pariwisata serta peluang-peluang lain yang juga sedang gencar dipromosikan oleh Indonesia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Paviliun Indonesia juga membuka pintu peningkatan investasi serta mampu menciptakan country branding.
“Paviliun Indonesia sekaligus memberikan pernyataan kepada komunitas di Davos bahwa Indonesia menaruh perhatian besar dan aktif berpartisipasi dalam isu globalisasi,” kata Menperin melalui keterangan resminya, Sabtu (26/1/2019).
Menperin juga mengatakan, WEF 2019 merupakan ajang bergengsi untuk berinteraksi antar kalangan baik secara formal maupun informal guna membahas isu-isu ekonomi yang berdampak pada tatanan nasional, regional dan global. “WEF juga merupakan ajang yang sangat prestisius dan representatif,” ujarnya.
WEF 2019 mengundang 2.500 high level leaders, dari kalangan kepala negara hingga CEO dari berbagai perusahaan terkemuka dunia di sekitar 110 negara. Karena itu, Menperin memandang ajang tersebut sangat penting untuk country branding Indonesia di mata dunia.
Airlangga menuturkan, Indonesia termasuk negara G-20 yang menjadi bagian dari perekonomian dunia, sehingga pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global. “Sebab, produk manufaktur Indonesia juga untuk pasar global. “Maka itu, sudah semestinya Indonesia mengetahui ke mana tren akan bergerak dan pertumbuhan ekonomi global, serta perkembangan teknologi,” ungkapnya.
Airlangga menuturkan, sektor manufaktur Indonesia saat ini posisinya termasuk 5 besar di dunia dan berkontribusi pada global value chain atau rantai nilai global. Berdasarkan data World Bank tahun 2017, bahwa saat ini kontribusi sektor manufaktur negara-negara industri di dunia terhadap perekonomian rata-rata sekitar 17 persen.
Ada lima negara yang sektor industri manufakturnya mampu menyumbang di atas rata-rata tersebut, yakni China (28,8 persen), Korea Selatan (27 persen), Jepang (21 persen), Jerman (20,6 persen), dan Indonesia (20,5 persen).
Sementara itu, negara-negara dengan kontribusi industrinya di bawah rata-rata 17 persen, antara lain Meksiko, India, Italia, Spanyol, Amerika Srikat, Rusia, Brasil, Perancis, Kanada, dan Inggris. “Kalau merujuk data tersebut, saat ini tidak ada negara di dunia yang bisa mencapai di atas 30 persen,” ujarnya.
Indonesia merupakan tempat pertumbuhan ekonomi. Pada lima tahun terakhir, pertumbuhan dijaga di level 5,2 persen. Indonesia pun telah masuk dalam 1 Trillion Club Countries dan diproyeksikanmasuk 10 besar ekonomi duniapada 2030. “Bonus demografis hingga 2030 menunjukkan bahwa SDM adalah salah satu kekuatan Indonesia. Pertumbuhan berkelanjutan serta future growth ASEAN ada di Indonesia,” imbuhnya.
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.