Pak Jokowi, Bicaralah! Jangan Sibuk Teriak Hoax

Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah/Foto via Foto: MTVN/Arga Sumantri

Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah/Foto via Foto: MTVN/Arga Sumantri

NUSANTARANEWS.CO – Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menuliskan sebuah catatan reflektif menyikapi kondisi Indonesia akhir-akhir ini yang terus-terusan dilanda berbagai macam persoalan krusial.

Dikutip dari akun media sosialnya, Fahri Hamzah menyorot sikap Presiden Joko Widodo, terutama isu terkait dengan kebijakan terbaru Jokowi dalam menyikapi hiruk pikuk demokrasi di negeri ini.

Mengawali refleksinya, Fahri mengingatkan Jokowi bahwa demokrasi itu memang bising. Itu normal saja, tak perlu disikapi dengan ucapan dan langkah panik. Apalagi sampai hendak membungkam aspirasi masyarakat.

“Pak Jokowi, demokrasi itu memang bising. Jangan bungkam 2,7 milyar jemari rakyat,” ucap Fahri mengawali.

Berikut kelanjutannya.

Tahun 2017.. Semua orang ingin bekerja. Tidak ada yang ingin Nganggur apalagi merusak kerja yang lain.

Adalah kesabaran yang besar untuk berbaik sangka bahwa semua punya itikad baik.

Tapi kita punya persoalan tentang cara kerja dan bagaimana bekerja yang baik dan benar.

Sebab maksud baik ternyata tidak cukup, tapi bagaimana agar maksud baik terlaksana dengan baik juga penting.

Sudah punya maksud baik, lalu bekerja dengan baik juga belum tentu semua orang menerima baik.

Miliki lah kesabaran untuk mendengar dan melihat ketidaksetujuan orang akan hasil kerja kita. Itulah kesabaran.

Dalam demokrasi semua ini dilembagakan. Semua adalah pembagian tugas dan semua baik dan legal.

Eksekutif adalah Kaki Tangan Rakyat melaksanakan keinginan rakyat dan menyelenggarakan program rakyat.

Legislatif adalah kepanjangan Lidah Rakyat untuk mengawasi kerja lembaga negara lainnya.

Judikatif berada di tengah secara independen menjadi wakil Tuhan tempat keadilan ditegakkan.

Di luar itu adalah rakyat yang wajib dilindungi segenap tumpah darah dan seluruhnya.

Rakyat wajib dimajukan kecerdasan dan kesejahteraannya.

Agar bangsa Indonesia bisa berkiprah secara gagah perkasa di kancah dunia.

Ini semua bagi tugas. Kesibukan rakyat adalah energi bagi bangsa kita.

Tugas penyelenggara negara yang menerima gaji dari mereka adalah menjaga kebaikan umum.

Sebab mayoritas rakyat ingin kebaikan bersama hanya segelintir yang mau merusaknya.

Maka, pemerintah tetaplah fokus bekerja jangan banyak terganggu oleh urusan kecil dan sepele.

Kalau rakyat bising itu karena kita setuju demokrasi. Demokrasi itu bising dan otokrasi itu sepi.

Kalau mau sepi dan rakyat tidak ada yang ngomel sederhana. Cabut kebebasan. Selesai.

Tapi jalan itu telah kita tinggalkan. Kita memilih tidur di pinggir rel kereta. Bising tapi ada rel tenang saja.

Kalau mau bising berkurang, seringlah memberi keterangan. Seringlah bicara kepada rakyat.

Kalau suara Pemerintah kalah keras dari suara rakyat salah sendiri. Kenapa tidak teriak lebih keras?

Istana punya panggung ada ratusan wartawan ngepos setiap hari. Bicaralah, beri keterangan. Jangan diam saja.

Wartawan perlu menulis berita, mereka senang kalau pejabat bicara apalagi dari istana. Pakai podium itu.

Nanti kalau ada yang bantah bicara lagi. Kali ini pakai data. Bla..bla…

Nanti anggota DPR RI akan bicara kadang pakai marah-marah ya bicara lagi. Jawab semuanya. Jangan takut.

Begitulah negara bekerja. Jangan diam nanti rakyat bicara sendiri dan bingung sendiri.

Ada 270 juta mulut dan kali 10 atau 2.7 milyar jari tangan. Kalau bicara dan ngetik semua apa gak ribut?

Maka bicaralah, jangan sibuk teriak hoax sampaikan Aja yang benar kayak apa.

Apalagi kalau main blokir situs. Apalagi kalau situs pers yang punya ijin, punya wartawan. Bahaya..

Kita gak akan mau kembali lagi ke masa lalu. Serem loh…kok sudah lupa sih.

Maka, jangan sekali-kali berpikir untuk otoriter sebab trauma bisa bangun lagi. Lalu orang melawan.

Nanti kalau orang motifnya bukan koreksi tapi melawan negara maka kita pasti ribut lagi.

Kalau ribut kita gak bisa kerja..gak bisa kerja gak bisa makan…gak bIsa makan perut lapar…

Kalau gak bIsa makan gak bisa mikir…kalau gak bisa mikir semua orang jadi gila…

Kalau semua sudah gila maka rusaklah semuanya…naudzubillah…

(Sego/ER/Medsos Fahri Hamzah)

Exit mobile version