NUSANTARANEWS.CO – Baru-baru ini beredar kabar tentang bocoran intelijen terkait adanya grand design tentang teroris yang sengaja diciptakan oleh densus 88. Menurut pengakuan salah seorang kerabat orang dalam intelijen Densus 88, ia mengaku telah jenuh dengan drama terorisme yang ada di Indonesia.
Berdasarkan sumber mengatakan, suatu hari dia didatangi oleh kerabatnya yang seorang intel Densus 88. Kunjungan kerabatnya ini pun untuk memperingatkan dirinya agar tidak terpengaruh apabila ada hasutan sekelompok orang yang ingin mengajak untuk berjihad di Indonesia.
“Kerabat saya itu mendengar dari sepupu saya bahwa saya sering memposting berita-berita jihad luar negeri di akun-akun saya, lalu dia datang untuk memperingatkan saya agar berhati-hati bila ada ajakan dari teman atau bahkan sekelompok orang yang mengaku akan berjihad di negeri Indonesia ini,” ujar nara sumber yang hanya mencantumkan identitas namanya Muhammad MT di jejaring sosial Facebook.
Sumber mengatakan, kerabatnya tersebut menjelaskan bagaimana cara-cara Densus 88 dalam membuat orang jadi tersangka teroris. Berikut ini paparan yang disampaikan oleh Muhammad MT:
- Densus 88 mempunyai intel di akun-akun jejaring sosial, kerjanya untuk mencari dan memantau (akun) yang berjiwa mujahid/mempunyai cita-cita mati syahid/yang sering memposting berita berita jihad.
- Setelah target ditemukan, maka akun intel Densus 88 yang menyamar sebagai mujahid akan mengirimkan pertemanan dan setelah di konfirmasi, maka mereka akan mulai bertanya-tanya di mana alamat rumahnya sambil diiringi perbincangan tentang penegakkan syariat di Indonesia. Kalo semua lancar, maka mereka akan melakukan pertemuan rahasia.
- Bagi yang akun yang sudah terpampang alamat yang jelas dan ada foto profil aslinya, si intel akan langsung menjadikan dia target dengan mengutus orang yang mengaku sebagai perindu syahid.
- Setelah melakukan pertemuan dan terjadi kecocokan pemikiran, maka sang calon korban Densus 88 ini akan langsung diberi latihan militer atau langsung dipersenjatai.
- Setelah itu, calon korban dicarikan tempat atau rumah kontrakan yang tentunya strategis bagi Densus 88 untuk menyerbu (kita tahu rata semua penyergapan “teroris” adalah rumah kontrakan).
- Setelah para calon korban ini sampai di kontrakan, bahan-bahan peledak yang belum komplit mereka hantarkan ke kontrakan, biasanya intel-intel tersebut mengatakan bahwa itu akan dijadikan bom rakitan dan untuk mengajari calon korban ini merakit bom (namun bagi Densus 88 itu hanyalah alat sebagai barang bukti nantinya).
- Perlu diketahui bahwa para calon korban ini diberi senjata dengan peluru yang terbatas, agar saat mereka melakukan perlawanan tidak terlalu lama (agar kehabisan peluru) sehingga saat mereka kehabisan peluru Densus 88 bisa langsung menembak mati korban dengan alasan melakukan perlawanan saat hendak ditangkap.
- Setelah semua siap, maka akan terjadi drama penggerebekan “teroris”, dan akan di siarkan. Biasanya secara langsung di TV nasional yang sudah diberi tahu sebelumnya.
- Saat penggrebekan terjadi, biasanya akan terjadi kontak senjata, itu dikarenakan sang calon korban sudah didoktrin untuk membenci Pancasila dan seluruh aparat keamanan terutama Densus 88, sehingga saat mereka tahu bahwa yang datang Densus 88, para korban ini sangat bersemangat, karena mereka pikir bahwa mati di tangan Densus 88 adalah mati syahid.
- Perlu diketahui bahwa yang direkrut para intel ini adalah anak-anak muda yang mempunyai jiwa perang dan mempunyai cita-cita mati syahid, namun tanpa sadar mereka telah dikelabui untuk menjadi tumbal Densus 88 agar terus eksis.
- Anggota/Regu Densus 88 yang bertugas menyergap memang tidak tahu menahu dengan skenario ini, untuk menjaga kerahasiaan operasi, mereka hanya tahu bahwa yang sedang mereka sergap adalah anggota teroris/jaringan Al-Qaeda.
- Si korban akan langsung ditembak mati di tempat tanpa peradilan dan tanpa bukti bahwa telah melanggar hukum, agar dia tidak bisa menjelaskan kronologi perekrutannya. Adapun yang masih hidup, mereka tidak akan mampu berkutik dan membela diri karena mereka tidak sadar kalau yang merekrut mereka adalah intel Densus 88 dan mereka pun akan mengakui bahwa mereka adalah mujahid. (Red-mujahidin buatan Densus).
“Saya dibuat tak berkata oleh kerabat saya dengan fakta-fakta yang dia beberkan, karena memang begitu sama persis kalo saya pikir dengan aksi-aksi penangkapan ‘teroris’yang di lakukan Densus 88,” kata Muhammad MT, yang mana berita ini sudah mulai tersebar pada 7 Juni 2013 lalu.
Sumber: https://www.facebook.com/albatani8/posts/193076500848492 (emka/Red-01)