Keakuanku
Sebenarnya aku tidak peduli
dan tidak pernah ingin peduli
tentang siapa cinta, dan perasaan
yang berganti-ganti
Aku hanya sedang menghibur
diriku sendiri dengan suatu judul
dari kisah yang paling banyak
disuarakan di bumi.
Perasaan yang aneh, rindu ini
begitu mudah terkuar
dari suasana yang egois
Ketika perempuan memujamu
padahal mereka hanya ingin
menyenangkan hati mereka sendiri
Hatimu berbunga-bunga
dan kau lihat lagi bayanganmu di kaca
Lalu ia yang mengacuhkanku dalam
diamnya, tidak lagi kuingat lama
karena aku mencintai diriku sendiri.
Di sana, ia menyembunyikan
rindunya
Karena ia ingin terlihat lebih bersinar
dan kecantikannya menjadi
lebih nyata
Itu yang kuharap
di saat ia melepas hal-hal yang
tidak ku suka. Sebagai keangkuhan
dari kecantikannya
dan itu memperlihatkan
wujud diriku yang sebenarnya
Wujud dari keakuanku yang kubenci.
Mimpi Buruk Hujan
Langit senantiasa gelap
ketika bumi merindukan hujan
orang-orang yang berjalan
tegakkan payung mereka yang hitam
Para burung merpati
sudah mewanti-wanti
tidak lama lagi hujan akan turun
di kota ini.
Aku meringkuk di sudut apartemen tua
percikan hujan yang jatuh
di ujung jendela
kuarkan kembali kenangan silam
Kenangan masa silam yang kelam
Mengapa semuanya hitam?
Mengapa harus hitam?
Apakah hatiku juga hitam?
Petir menyambar di ujung jalan
Sebuah pohon mati tanpa tangisan
Hujan tidak juga kunjung berhenti
Aku hidup di dalam mimpi
Terpuruk dalam kegelapan
yang kuciptakan sendiri.
Rudi Fahrizal Putra, lahir di Meurah Mulia, Aceh Utara. Puisinya masuk dalam antologi bersama Ketika Senja Mulai Redup, 2015. Saat ini masih tercatat sebagai mahasiwa semester VI jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com