Merekonstruksi Cinta Hakiki Kehidupan Sehari-hari

Judul Buku : Terbang Bersama Cinta Penulis : Muhidin M. Dahlan Penerbit : Scripta Manent Cetakan : Mei 2017 Halaman : 136 hlm ISBN : 978-602-61239-0-9 Peresensi : Norrahman Alif*
Buku Terbang Bersama Cinta

Judul Buku  : Terbang Bersama Cinta
Penulis       : Muhidin M. Dahlan
Penerbit     :  Scripta Manent
Cetakan     : Mei 2017
Halaman    : 136 hlm
ISBN          : 978-602-61239-0-9
Peresensi  : Norrahman Alif*

NUSANTARANEWS.CO – Cinta menenangkan jiwa, di tengah terbelit beribu persoalan politik dan kekuasaan yang sedang rancu. Seperti yang kita lihat, diluar lintas Negara kita. Kepedihan orang-orang di berbagai negara maju tersebut. Seperti peperangan Amerika dan Korea Utara, yang sedang memanas sampai kini. Di kedua negara tersebut. Kerusuhan setiap hari terjadi, dan tiap pagi kita melihatnya berita-berita dalamTelevisi. Atau, kita sekedar membacanya lewat selembar koran, dengan perasaan getir tak tertahan.

Barangkali dengan terbitnya buku Terbang Bersama Cinta, mampu menyembuhkan hati yang terluka karena peperangan yang terus menggema di kedua negara tersebut. Sebab, keluar dari pembahasan buku ini. Ingin melakukan atau bertindak segala hal apa pun, tampa di dasari rasa cinta dan kasih sayang sesama, tak mungkin berjalan dengan indah dan damai. Jika saya lihat, pertempuran tentara-tentara AS dan Korut, barangkali mereka tidak berdasarkan cinta dalam menyelesaikan persoalan.

Lalu kembali pada cinta dalam buku tersebut, Muhidin M. Dahlan mendefinisikan cinta dalam dua makna. Pertama, cinta kepada sesama manusia: di mana kita sebagai manusia pemilik cinta wajib mencintai sesamanya. Tidak memandang perbedaan warna baju yang ia kenakan, atau kepercayaan yang beragam dalam satu bangsa.

Kedua, cinta yang transendental: cinta yang merujuk pada Tuhan, sebab Tuhanlah yang menerbitkan cinta pertama kali kedalam hati manusia, sesudah Adam dan Waha merasakanya di surga sana yang pada akhirnya jatuh ke bumi dan sengsara di dunia. Begitulah kisah cinta yang dikemukakan Muhidin, dalam buku  Terabang Bersama Cinta mengenai substansi cinta hakiki.

Dan demikian, dengan adanya seorang penulis Muhidin M. Dahlan. Ternyata ia juga mempunyai cinta mencerahkan akal dan hati. Sebelum saya meresensi, Saya masih bertanya-tanya ketika buku itu berada di tangan saya, lalu membaca penulisnya ternyata orang yang cukup pendiam. Yaitu Muhidin sebut saja begitu, ia mempunyai karakter pendiam yang sangat, ketika dalam pikirannya ada unek-unek yang ingin di sampaikan dalam bentuk kata-kata bukan sekedar bicara.

Pasti orang yang belum mengenalnya lebih dekat, pasti orang mengira ia cuek, abai dan segala macam. Namun, sebenarnya ia mempunyai jiwa humoris. Misal di dalam acara diskusi-diskusi buku, ia selalu santai menyampaikan sesuatu atau bercanda di sela-sela diskusi sambil tertawa. Namun, dari diamnyalah Muhidin ini produktif melahirkan buku-buku cinta seperti yang saya resensi ini.

Masuk lagi dalam bincang-bincang tentang buku, Terang Bersama Cinta-nya Muhidin M. Dahlan ini. Bagi saya, seolah mendapat buku panduan cinta yang bermanfaat, tak terkecuali bagi semua pembaca. Dengan membuka pelajaran-pelajaran cinta, yang tak tertuju pada satu hal materi duniawi semata. Sepantasnya memang cinta tidak tertuju pada satu rute saja, tetapi cinta mempunyai banyak rute. Kerena dalam buku Terbang Bersama Cinta ada 8 bab cinta, saya ambil substansi dengan  potensi cinta yang sering disalah gunakan dalam rute kehidupan sehari-hari. Dalam bab 2 dengan tema pembahasan Cinta yang Mebebaskan dari Cinta Fisik.

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia perasa, hati seringkali menimbulkan cinta yang sangat berlebihan, karena diri telah lebih dulu terkontaminasi nafsu yang sangat emosional. Seperti mengagung-agungkan diri sendiri dalam hal kesempurnaan fisik di muka umum, maupun di muka cermin. Atau sering memuja dan ingin memiliki sesuatu, dengan pengorbanan cinta yang sering kali berakibat fatal dan serakah.

Semisal menguras harta diri kita sendiri, atau lebih hinanya lagi, melakukan korupsi demi rasa ingin memiliki dengan ketulusan cinta yang salah. Meski cara rasa cinta yang di aplikasikan di anggap sendiri pantas walau salah di mata orang lain. Memang benar perkataan Mahadma Ghandi dalam kutipan di buku tersebut: ( hlm. 34 )  seluruh kekayaan alam dalam bumi yang hanya satu ini cukup dan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap manusia, tapi tidak kucup untuk mereka yang serakah.

Nah, di sinilah usaha terapi cinta dalam buku Muhidin M. Dahhlan ini, harus diterapkan dan halal dibaca semua kalangan. Barangkali hati yang sering terluka karena putus cinta, akan sembuh ketika membaca cintanya Muhidin. Atau, dengan mempelajari esensi cintanya, keharmonisan kita dengan Tuhan tetap terjalin dengan pelantara doa dan sikap baik dalam mengisi kekosongan waktu.

Dan saya sangat benci dan kesal berkerumun di dalam hati saya, ketika seorang yang sedang putus cinta mengatakan, “cinta itu buta”. Brangkali ia tak menyadari, bahwa yang buta bukan cintanya, namun hatinya sendiri.  Saya langsung ingat pada perkataan yang diucapkan teman saya, bahwa cinta lebih luas dari padang sahara, bahwa cinta lebih luas dari langit dan bumi, begitu agungnya cinta yang di kasihi cintaNya.

Lalu, jika cinta merujuk pada ke hakikiannya, sewajarnya memang cinta harus di bebaskan dari puja-puji fisik diri sendiri yang berlebihan. Dan jangan biarkan birahi jiwa kita menfaedahkan cinta, atau menggunakan senjata cinta  dengan cara radikal: ingin merubah sesuatu dengan paksa dan lebih-lebih memakai kekerasa fisik, atau dengan kata-kata sarkas. Maka, agar tidak menimbulkan fenomena-fenomena cinta tragis dalam drama hidup ini, yang sering kita lihat kabar-kabarnya dalam media sosmed atau sosial media. Dan agar tidak ada lagi pertikaian semasama manusia.

Hanya karena perbedaan ideologi dan lebih-lebih perdedaan kepercayaan yang sering kita dengar masih bisikan dari mulut ke mulut. Mari hayati substansi dan manfaat cinta yang hakiki dalam buku tersebut, bila ingin mendapatkan faedah cinta yang sebenarnya. Sebab kata Jalaluddin Rumi dalam kutipan buku tersebut ( hlm. 49 ).  Karena cinta duri menjadi mawar karena cinta cuka menjelma anggur segar. Begitu indah kata-kata Rumi tersebut, di mana dengan cinta segala yang jelek akan terasa indah. Dan apa yang terasa pahit, akan terasa manis jika kita mengunyahnya atau menyikapi sesuatu dengan perasaan cinta.

*Norrahman Alif, Peresensi Lahir di Banuaju Barat Sumenep. Kini berdomisili di dusun Cabean, Yogyakarta.

_____________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, opini maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version