Menanti Strategi Baru AS di Afghanistan

Militan Taliban di Afghanistan.
Militan Taliban di Afghanistan. (Foto: Ilustrasi/AS)

NUSANTARANEWS.CO – Setelah melakukan kunjungan intesitas tinggi ke Paksitan dalam waktu satu bulan terakhir – pemerintahan Donald Trump akhirnya memutuskan mengenai strategi baru  AS di Afganistan. Strategi baru tersebut disampaikan Trump kepada jajaran militer pada Senin malam waktu setempat (Selasa WIB) guna mengakhiri 16 tahun perang di kawasan tersebut.

Presiden Trump sendiri mengungkapkan bahwa dirinya lelah dengan perang Afghanistan yang telah berlangsung lama. Seperti diketahui,setelah serangan 11 September, Presiden George W. Bush memimpin sebuah invasi ke negara tersebut untuk menggulingkan Taliban dari kekuasaan dan menghilangkan tempat perlindungan yang aman bagi Al Qaeda. Secara pribadi, Trump sendiri mempertanyakan apakah mengirim lebih banyak tentara AS adalah hal yang bijak. “Kami tidak menang,” kata Trump kepada penasihatnya.

Menurut Menteri Pertahanan Jim Mattis, kehadiran militer AS sangat diperlukan guna mencegah serangan yang kian meningkat dari militan Taliban. Sampai saat ini, pasukan keamanan Afghanistan sendiri telah berjuang selama lebih dari 15 tahun mencegah kemajuan gempuran gerilyawan Taliban.

Para pejabat militer dan intelijen AS khawatir jika kelompok gerilyawan Taliban dibiarkan memperoleh kemenangan maka akan memungkinkan afiliasi regional al-Qaeda dan ISIS untuk mendirikan basis di Afghanistan. Bila hal itu terjadi, jelas merupakan ancaman baru bagi keamanan regional, termasuk terhadap AS dan Eropa.

Keputusan Gedung Putih yang memakan waktu lama untuk bertindak lebih jauh adalah kesulitan untuk menyusun strategi regional yang lebih luas mencakup kebijakan AS terhadap Pakistan yang sudah tidak sejalan lagi dengan kepentingan AS di kawasan. Seperti dilansir Reuters (19/8), setelah Jenderal Joseph Votel bertemu dengan Jenderal Qamar Javed Bajwa, (Komandan militer Pakistan) dan meninjau sebuah lokasi pertempuran antara pasukan Pakistan dengan Taliban, Jenderal Bajwa menegaskan, bahwa wilayah Pakistan tidak boleh digunakan untuk menyusun rencana atau melancarkan serangan teror terhadap negara tetangga.

Sejak bulan Juli lalu, Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan bahwa Pentagon telah menyelesaikan kajian kebijakan untuk strategi baru di Afghanistan. Dan pada awal Agustus, Senator AS Lindsey Graham menegaskan bahwa AS dapat mengubah medan perang di Afghanistan dengan tambahan 3.000 – 4.000 pasukan khusus dengan dukungan serangan udara. (Banyu)

Exit mobile version