NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dari seluruh bagian tanaman pisang, bagian yang jarang dimanfaatkan masyarakat adalah bonggol pisang. Saat ini pemanfaatan bonggol pisang masih sangat terbatas. Misalnya bonggol pisang hanya dijadikan kripik. Namun sebuah studi dilakukan Lina Agustina seorang mahasiswa asal Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Dalam studi akhirnya tahun 2008 lalu Lina mencoba melakukan studi dengan memanfaatkan bonggol pisang untuk dijadikan cuka alkohol melalui fermentasi.
Ia menguraikan fermentasi sebagai disimilasi anerobik senyawa senyawa organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Karena bonggol pisang basah mengandung karbohidrat sebesar 11,6 g dan bonggol pisang kering mengandung karbohidrat sebesar 66,2 g, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan cuka melalui proses fermentasi.
Baca Juga:
Buah Pisang, Kandungan dan Manfaatnya Bagi Kesehatan
Gudeg Bonggol Pisang Sajian Lezat Kuliner Gunung Kidul
Jantung Pisang, Manfaat dan Kandungannya
Bonggol pisang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan cuka melalui proses fermentasi. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan cuka yang semakin bertambah, dimana cuka dibutuhkan oleh industri yang makanan, laboratorium (kimia, biologi), pabrik farmasi dan sebagainya.
Cuka sendiri merupakan kondimen yang dibuat dari berbagai bahan yang bergula atau berpati melalui fermentasi alkohol yan diikuti oleh fermentasi asetat. Produk ini merupakan suatu larutan asam asetat dalam air yang megandung cita rasa, zat warna dan substansi yang terekstrak, asam buah, ester-ester, garam-garam organik dari buah, yang berbeda-beda sesuai dengan asalnya (Desrosier, 1988).
Cuka dapat dimanfaatkan sebagai pengatur keasaman pada industri makanan, minuman fungsional misal: cuka apel, sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan kimia lain vinil asetat, selulosa asetat, asetat anhidrit, ester asetat, dan garam asetat (Irfani, 2006). Cuka yang dijual harus mengandung paling sedikit 4% (4 g asam asetat per 100 ml), harus segar dan dibuat dari buah-buahan yang layak dikonsumsi serta harus diberi label yang semestinya (Desrosier, 1988).
Adapun subyek penelitian yang digunakan Lina adalah bonggol pisang jenis kepok (Musa paradisiaca). Ia fokus pada penelitian kadar asam asetat dan kadar alkohol hasil fermentasi bonggol pisang kepok. Sementara parameter penelitiannya menggunakan parameter fisik meliputi warna, rasa, aroma, pH. Parameter kimia terdiri dari fermentasi I meliputi pengukuran kadar alkohol dan fermentasi II meliputi pengukuran kadar alkohol dan kadar asam asetat.
Editor: Romadhon